Perjuangan Wielly Wahyudin Melawan Kanker Payudara

Ketahuan di Hongkong, Dibiopsi di Kanada, Diangkat di Jakarta

Perjuangan Wielly Wahyudin Melawan Kanker Payudara
TEKAD KUAT: Wielly Wahyudin sudah terbebas dari kanker payudara yang sempat merongrong tubuhnya. Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Wielly kemudian diminta menjalani tindakan lanjutan berupa biopsi. Dia menuruti saran dokter itu saat kapal tempatnya bekerja berlabuh di Kanada pada Juni 2013. Hasilnya sangat mengejutkan. Dia didiagnosis positif terkena kanker payudara. Tidak main-main, sudah masuk stadium dua.

Namun, hasil biopsi itu tidak langsung disampaikan kepada Wielly. ’’Dokter takut saya tambah stres,’’ ujar ayah Evan Kenneth Abhirama tersebut. Jika Wielly stres, dokter khawatir kondisi kesehatannya semakin buruk.

Selang beberapa hari kemudian, dokter baru memberi tahu Wielly bahwa dia terkena kanker payudara. ’’Saya benar-benar kaget dan tidak menyangka. Sebab, selama ini kanker payudara hanya menyerang kaum perempuan,’’ ungkap pegawai kapal pesiar Holland America Line itu.

Kabar tersebut langsung diteruskan kepada istrinya. Sang istri awalnya juga tidak percaya. Dia sempat menangis, tetapi kemudian bisa mengatasi keadaan. Dia lalu mengajak suaminya pulang ke tanah air untuk mengobatkan penyakitnya itu.

Setiba di Indonesia, Wielly bergegas memeriksakan penyakitnya ke RS Gading Pluit, Jakarta Utara. Dia lalu diminta menjalani rawat inap beberapa hari sebelum kemudian dokter memutuskan untuk mengangkat kanker payudaranya.

Operasi pengangkatan kanker payudara Wielly dilakukan pada 10 Juli 2013. Operasi berlangsung selama 6 jam. Hasilnya, kanker yang mulai menggerogoti tubuh Wielly itu sudah lumayan besar, berukuran 3,4 x 2,6 cm. ’’Setelah pengangkatan, diketahui kankernya masuk stadium 2B,’’ jelas pria yang kini tinggal di Bekasi itu.

Selain payudara, kanker di tubuh Wielly mulai menyerang kelenjar getah bening di bawah ketiak, namun tidak sampai mengganas. Meski operasi pengangkatan kanker payudara itu dinilai sukses, Wielly merasa belum puas. Dia tetap menjalani sejumlah terapi agar sisa-sisa kanker benar-benar bersih. Terapi yang dijalani, antara lain, kemoterapi (8 kali), terapi radiasi (25 kali), dan terapi hormon (17 kali).

Menjalani sekian banyak terapi itu membuat kondisi emosi Wielly tidak stabil. Dia sempat merasa down dan hampir frustrasi. ’’Tapi, saya akhirnya tersadar dan memasrahkan semuanya kepada Allah,’’ tuturnya.

Penampilannya modis, energik, dan ramah. Begitulah sekilas sosok Wielly Wahyudin saat ditemui di Gedung Aneka Tambang (Antam), Jalan T.B. Simatupang,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News