Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati

Pilih Pulang meski Digaji Rp 100 Juta di Luar Negeri

Perjuangan Yudiutomo Imardjoko Hidupkan BatanTek yang Hampir Mati
Yudiutomo di depan bengkel nuklir PT Batan Teknologi, Tangerang Selatan. Foto : Yudiutomo for Jawa Pos
    

Kehebatan ilmu Yudi di bidang nuklir sudah menonjol sejak menimba ilmu di Negeri Paman Sam. Salah satu buktinya dia pernah "memenangkan" kompetisi pembuatan penampung limbah nuklir di AS. Itu terjadi pada era 1990-an ketika pemerintah AS dipusingkan dengan makin banyaknya limbah nuklir dari 100 lebih pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)-nya. Karena itu, pemerintah AS lalu membuka tender pembuatan penampung limbah nuklir.

Saat itu, ratusan ilmuwan nuklir dari seluruh dunia saling adu kemampuan mendesain panampung limbah nuklir. Yudi tampil dengan desain kontainer limbah nuklir yang membuat banyak ilmuwan nuklir lain tercengang.

Sebelumnya, penanganan limbah nuklir membutuhkan tiga jenis kontainer. Yakni kontainer untuk pengambilan limbah dari reaktor, lalu dipindah ke kontainer menuju tempat penyimpanan, dan terakhir ke kontainer ketiga untuk ditanam di dalam tanah.

"Semakin sering dipindah, risiko bocornya radiasi makin besar. Waktu itu saya merancang multipurpose kontainer. Jadi, mulai dari pengambilan, transportasi, dan penyimpanan limbah cukup dengan satu kontainer," ujarnya. "

Ilmuwan nuklir di Indonesia termasuk langka, apalagi yang reputasinya sampai diakui dunia. Salah satu yang langka itu  adalah Ir Yudiutomo Imardjoko

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News