Pertemuan G20 di Bali Harus Melahirkan Kesepakatan Ketersediaan Pangan Global

Dalam berbagai kesempatan, Syahrul berulangkali menegaskan bahwa kunci mengatasi krisis pangan global adalah kebersamaan.
"Tidak boleh ada negara yang terlewatkan dan tertinggal, kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan saat ini dan di masa datang," tegas Syahrul.
Ronnie menjelaskan kerja sama bilateral itu bisa diwujudkan dalam sistem barter. Masing-masing negara memberikan yang terbaik yang dimiliki.
"Misal, Indonesia banyak produksi buah, lalu Australia banyak memproduksi gandum. Ini bisa saling tukar, barter. Jadi, stok (pangan) aman, dan harga pun bisa dikontrol," jelas Ronnie.
Indonesia, kata dia, tak perlu memaksakan diri untuk menghasilkan komoditas tertentu yang memang tidak bisa diproduksi secara maksimal.
Sebaliknya, Indonesia mesti meningkatkan potensi yang ada untuk kemudian dijadikan komoditas unggulan.
Ronnie mengambil contoh komoditas kedelai. Dia mengatakan faktor geografis, yaitu penyinaran matahari, membuat produksi kedelai nasional tidak mampu mengimbangi produksi kedelai dari China.
"Kedelai kita itu wangi dan bulirnya besar tetapi butuh penyinaran yang lama. Penyinaran bisa dibantu oleh penggunaan lampu di green house teapi dijualnya jadi mahal nanti. Sudah kita pakai kedelai dari China, lalu kita kasih apa yang China butuhkan yang ada di kita. Itu namanya memaksimalkan potensi kerja sama bilateral," ungkapnya.
Mentan Syahrul Yasin Limpo berulangkali menegaskan bahwa kunci mengatasi krisis pangan global adalah kebersamaan.
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Prabowo Jadi Pemimpin Dunia dengan Kepuasan Publik Tertinggi di Negara G20
- Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan