Petrus Selestinus: Praktik Tangan Besi Oknum Polisi di NTT Seperti Preman

Petrus Selestinus: Praktik Tangan Besi Oknum Polisi di NTT Seperti Preman
Petrus Selestinus. Foto: Dok. JPNN.com

"Ini potret buruk perilaku Polisi di NTT yang terjadi secara akumulatif, pertanda Kapolda dan jajaran pimpinan lainnya gagal total," katanya.

Polri seakan-akan menjadi monster yang menakutkan di samping COVID-19, pimpinan Polda NTT silih berganti secara teratur bahkan mendapat promosi jabatan mentereng di tempat lain, tetapi tidak ada legacy yang mengharumkan buat NTT. Produksi kekerasan fisik terhadap warga terus meningkat, pertanda Kapolda gagal. 

Akumulasi kasus-kasus kekerasan fisik yang muncul, menurut Petrus, tidak bisa lagi dianggap sebagai perilaku oknum dan bersifat kasuistis, tetapi ini sebagai "by design" untuk menciptakan frustasi sosial di kalangan masyarakat NTT. Karena selama ini Polisi yang melakukan penganiayaan apakah diproses pidana atau tidak pun tidak pernah jelas.

Oleh karena itu, Kapolda NTT harus bertindak tegas dan secara progresif mengubah mindset anak buahnya yang selalu ringan tangan ketika bertugas di lapangan. Kasus Frengky harus menjadi yang terakhir.

"Karena itu Polda NTT harus memproses hukum para pelaku penganiaya di Polres Kupang, Polres Manggarai Barat, di Polres Sikka dan lain-lainnya secara terbuka dan secara periodik melaporkan perkembangannya kepada masyarakat, karena merupakan hak masyarakat untuk tahu," tegas Petrus.(fri/jpnn)

Menurut Petrus, peristiwa kekerasan sebagai tindak kriminal oleh anggota Polisi di NTT sudah menjadi tontonan biasa bagi masyatakat NTT. Polri seakan-akan menjadi monster yang menakutkan di samping COVID-19.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News