Piala Dunia dan Mafia Sepak Bola

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Piala Dunia dan Mafia Sepak Bola
Piala Dunia U-20 2023 tinggl kenangan. Foto: PSSI

Faktor struktural itulah yang menyebabkan sepak bola Indonesia mengalami mismanajemen akut dan puncaknya meledak pada kasus pencoretan ini.

Masalah mismanejemen sepak bola Indonesia itu secara sederhana disebutkan karena adanya jaringan mafia dalam sepak bola Indonesia. Penyebutan mafia sepak bola selalu memunculkan persoalan yang rumit, karena sampai sekarang PSSI selalu menyanggah masalah itu.

Tindakan hukum juga sudah diambil oleh kepolisian dengan membentuk satuan anti-mafia sepak bola. Hasilnya?

Banyak yang meyakini bahwa jaringan mafia itu ada, tetapi tidak mudah membuktikannya.

Kasus tragedi Kanjuruhan menjadi indikasi adanya jaringan mafia itu. Tragedi ini menewaskan 135 orang, tetapi banyak yang tak tersentuh hukum.

Tim independen yang dibentuk pemerintah juga seperti macan ompong. Rekomendasi agar semua pimpinan PSSI dan eksekutif komite untuk mengundurkan diri tidak digubris.

Setelah tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi segera mengirim Erick Thohir—ketika itu belum menjadi ketua PSSI--menemui Presiden FIFA Gianni Infantino untuk melobi agar Indonesia terhindar dari sanksi. Yang paling mengkhawatirkan ketika itu adalah sanksi pancoretan Indonesia sebagai tuan rumah.

Hubungan baik Erick Thohir dengan Infantino berbuah manis dengan lolosnya Indonesia dari sanksi. Infantino malah memberi bonus dengan janji akan membantu sepak bola Indonesia melakukan transformasi dan reformasi.

FIFA menjatuhkan vonis mencabut hak Indonesia tuan rumah Piala Dunia U-20. Ini akumulasi bnyak faktor.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News