Pilpres 2019 Tunjukkan Aspirasi Kelompok Pinggiran Terakomodir ke Politik Arus Utama

"Demokrasi Indonesia tidak berada dalam bahaya menuju semacam kekhalifahan," jelas Prof Vedi.
Faktor Ma'ruf Amin
Diskusi tersebut juga membahas mengenai upaya kedua pihak memanfaatkan sentimen keagamaan ini dalam strategi politik dan kampanye selama pelaksanaan Pilpres dan Pemilu.
Termasuk keputusan kubu petahana memilih KH Ma'ruf Amin sebagai pasangan Jokowi.

Keberadaan sosok Ketua MUI yang juga tokoh Nahdatul Ulama (NU) ini secara politik mempersempit klaim kubu capres Prabowo Subianto sebagai satu-satuya representasi aspirasi kelompok Islam.
"Karena itu kehadirannya telah menepis tudingan bahwa jika seseorang memilih Jokowi berarti dia telah menentang Islam," kata Prof Vedi.
Sementara menurut panelis lainnya, Dr Dirk Tomsa dari La Trobe University menilai, basis suara pemilih NU berada di Jatim dan Jateng sehingga keberadaan Ma'ruf Amin sangat membantu menjaga suara tersebut untuk kubu Jokowi.
"Pemilihan sosok dari luar Jawa, sebagaimana dalam kasus Jusuf Kalla dalam Pilpres sebelumnya, kali ini tidak relevan karena adanya aspek dimensi keagamaan dalam pertarungan politik saat ini," jelas Dr Tomsa.
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas