Pintu Academy Bahas Soal Fork Dalam Blockchain

jpnn.com, JAKARTA - Di ranah aset digital seperti Bitcoin, proses pembaruan tidak dikelola oleh sebuah perusahaan, melainkan dilakukan secara terbuka oleh komunitas global pengembang.
Hal ini lantaran Bitcoin adalah software open-source.
Ketika pengembang ingin mengimplementasikan perubahan pada protokol Bitcoin yang terdesentralisasi, mereka memulai dengan membuat salinan kode program Bitcoin yang ada dan memodifikasinya.
Hasil modifikasi ini kemudian tersedia untuk diunduh sebagai versi baru, sementara versi lama masih tersedia.
Pengguna, termasuk penambang dan node penuh, memiliki pilihan untuk tetap pada versi lama atau beralih ke versi baru. Proses ini disebut dengan 'fork'.
“Fork dibagi menjadi dua jenis utama: hard fork dan soft fork. Hard fork terjadi ketika perubahan yang dilakukan tidak kompatibel dengan versi sebelumnya, menghasilkan dua blockchain yang tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Sebaliknya, soft fork masih memungkinkan kompatibilitas dengan versi sebelumnya dan tidak menciptakan blockchain baru,” ujar Tim Pintu Academy.
"Soft fork memungkinkan transisi yang lebih halus tanpa memecah komunitas," imbuh tim Pintu Academy.
Dalam ekosistem Bitcoin, pengembang, penambang, dan node penuh memegang peranan krusial dalam pengambilan keputusan.
Dalam ekosistem Bitcoin, pengembang, penambang, dan node penuh memegang peranan krusial dalam pengambilan keputusan.
- Pintu Gelar Trading Competition 2025 Berhadiah Rp100 Juta, Yuk Ikutan!
- Mengenal Nonce dan Mining Difficulty dalam Penambangan Bitcoin
- Lampaui Amazon dan Google, Bitcoin Kini Jadi Aset Kelima Terbesar di Dunia
- Sistem PoS Bisa Jadi Masa Depan Blockchain yang Ramah Lingkungan
- Harga Bitcoin Tembus Rp1,56 Miliar, CEO Indodax Ajak Masyarakat Mulai Mengubah Pola Pikir
- Gandeng DANA, Pintu Goes to Office Kembali Digelar