PLTU USC Adopsi Roadmap Penurunan Emisi
“Beberapa negara telah menerapkan teknologi ini salah satunya adalah Jepang,” ujar Wanhar.
Berdasarkan data New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), penggunaan teknologi USC pada PLTU mampu menghasilkan efisiensi sebesar 40 persen dan intensitas emisi CO2 sebesar ± 820 gram per kWh. Selain, itu konsumsi bahan bakar batubara semakin kecil, sekitar 320-340 gram per kWh saja.
Wanhar menuturkan, pembangunan PLTU Sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) harus menggunakan Boiler teknologi USC. Namun, tidak untuk PLTU di luar Sistem Jamali, mengingat kapasitasnya masih kelas 50-300 MW.
Bagi PLTU yang belum memasang teknologi USC, masih boleh menggunakan teknologi satu tingkat di bawah USC, yaitu Super Critical. “Atau PLTU Mulut Tambang untuk daerah yang memiliki tambang Batubara rendah kalori,” sambungnya.
PLTU Mulut Tambang merupakan pembangkit listrik tenaga batubara dengan skema Mine-to-Mouth, dengan lokasi pembangkit yang terletak paralel terhadap lokasi tambang batu bara.
Pembangkit listrik ini dapat dilengkapi unit pengering atau dryer untuk meningkatkan nilai kalori dan mengurangi kandungan air.
Khusus di Indonesia, Wanhar menyebutkan bahwa PLTU USC yang sudah beroperasi adalah PLTU Cilacap Expansi 2 dan PLTU Jawa 7 yang menggunakan standar Tiongkok.
Kementerian ESDM mencatat, terdapat sembilan lokasi PLTU batubara yang akan menggunakan teknologi USC, dengan total kapasitas sebesar 10.130 MW.
Kementerian ESDM mengingatkan pentingnya pemasangan teknologi USC pada PLTU berkapasitas besar.
- Teken MoU, Pertamina dan JCCP Siap Berkolaborasi Hadapi Tantangan Transisi Energi
- ESDM-Bareskrim Tangkap WN China Pelaku Tambang Bijih Emas Ilegal di Ketapang Kalbar
- Usut Kasus Korupsi di PLTU, KPK Periksa Pejabat PLN
- Progres Penyediaan Listrik di IKN Dipastikan Lancar
- PLN IP: PLTU Bengkayang Andal & Prima Dalam Memasok Listrik
- PLN Memastikan Tidak Ada Kenaikan Tarif Listrik pada April-Juni 2024