PM Australia Minta Maaf soal Dugaan Pemerkosaan di Partainya, Apa Yang Terjadi?
Dalam pertemuan tersebut mereka yang hadir memberikan dukungan kepada Brittany dan mendukung apapun keputusan yang akan diambilnya.
"Dalam pertemuan tersebut, kami mendengarkan dengan seksama apa yang dikehendakinya dan mendukung dan menghormati apapun keputusannya.'
Polisi di negara bagian ACT yang membawahi ibukota Canberra mengukuhkan jika mereka berbicara dengan Brittany di bulan April 2019, namun sebagai pelapor Britannya memutuskan tidak mau membuat laporan resmi.
"Korban selalu memegang keputusan mengenai seberapa jauh polisi harus melakukan penyelidikan, bisa menentukan apakah kasus akan berlanjut ke penuntutan, dan bisa menarik diri dari semua proses ini kapan saja," kata polisi.
"Bukan hal yang aneh penyelidikan dihentikan, tidak berlanjut ke penuntutan, atau kemudian dimulai kembali di masa depan atas permintaan korban."
Takut kehilangan pekerjaan
Photo: Brittany Higgins pernah juga bekerja dengan Menteri Urusan Tenaga Kerja Michaelia Cash setelah pemilu tahun 2019. (Supplied)
Brittany mengatakan dia memutuskan tidak membuat laporan resmi saat itu, karena ia ingin melindungi reputasi Partai Liberal tempatnya bekerja dan tetap mempertahankan "pekerjaan impiannya".
Dia mengatakan mendapat opsi untuk bekerja di bulan Mei 2019 membantu kampanye pemilihan umum di Australia Barat, daerah pemilihan Senator Linda Reynolds, atau kembali ke kota asalnya Gold Coast di Queensland.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah meminta maaf kepada seorang mantan staf dari partainya Partai Liberal, yakni Brittany Higgins terkait pelaporan kasus perkosaan yang dialaminya
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka