PM Lebanon Mengundurkan Diri, Membubarkan Pemerintahannya, Situasi Panas

PM Lebanon Mengundurkan Diri, Membubarkan Pemerintahannya, Situasi Panas
Seorang pengunjuk rasa yang terluka dievakuasi saat demonstrasi enyusul ledakan yang terjadi pada hari Selasa, di Beirut, Libanon, Sabtu (8/8/2020). Foto: REUTERS/Hannah McKay/hp/cfo

Jelang pengunduran diri PM Diab, aksi protes massa di Kota Beirut memasuki hari ketiga.

Beberapa pengunjuk rasa melempar batu ke aparat keamanan yang berjaga di pintu masuk depan gedung parlemen.

Aparat pun membalas dengan melempar gas air mata.

Bagi banyak warga Lebanon, ledakan itu jadi peristiwa terakhir yang menyulut kesabaran rakyat, mengingat mereka menghadapi krisis yang disebabkan oleh terpuruknya sektor ekonomi, korupsi, dan tata kelola pemerintahan yang buruk.

Rangkaian kekecewaan itu yang akhirnya mendorong warga turun ke jalan menuntut perubahan hingga ke akar.

"Seluruh rezim harus berubah. Tidak ada artinya ada pemerintahan baru (jika rezim tak berubah)," kata seorang insinyur asal Beirut, Joe Haddad.

"Kami menuntut segera ada pemilihan umum," terang dia.

Sistem pemerintahan di Lebanon mewajibkan Presiden Aoun untuk berdiskusi dengan parlemen sebelum menentukan perdana menteri yang akan menggantikan Diab.

Situasi politik makin panas pascaledakan yang menghancurkan Kota Beirut, PM Lebanon mengundurkan diri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News