Politik Gagasan Bakal Mendongkrak Jumlah Pemilih Rasional di Pemilu 2024

Politik Gagasan Bakal Mendongkrak Jumlah Pemilih Rasional di Pemilu 2024
Para Wakil Ketua Umum Partai Golongkan Karya (Golkar) Nurul Arifin (kedua kiri) bersama Srikandi Partai Golkar. Foto: Humas Partai Golkar

Namun, kalau selama ini pemilih masih emosional dan dimobilisasi, maka rasionalitas akan terbelakang. Tidak akan menjadi prioritas.

Sedangkan di sisi lain, ada pula pemilih emosional akan menjatuhkan pilihan berlandaskan kedekatan, kharismatik, ataupun hubungan keluarga.

“Pemilih kita ini anggap bagi dua. Pemilih yang rasional, juga pemilih yang emosional. Mudahnya seperti itu,” ujar akademisi Universitas Al Azhar Indonesia itu.

Selain itu, ada pemilih dimobilisasi. Pemilih jenis itu hanya akan peduli pada pemberian. Bagi mereka, janji, visi-misi, gagasan adalah sekadar bohong, bual-bualan saja. Yang dipilih ialah yang memberikan sesuatu.

“Pemilih juga ada, istilah saya, dimobilisasi atau dibeli. Nah, pemilih kita ini masih banyak yang dibeli. Dimobilisasi lalu dibeli," tegasnya.

Menurut Ujang, mayoritas pemilih yang belum rasional juga menjadi penyebab maraknya politik uang, money politics. Masyarakat Indonesia juga belum memilih berdasarkan visi misi, ide gagasan,dan program, tetapi lebih parah lagi dimobilisasi.

"Karena itulah pemilu kita banyak money politics yang TSM (terstruktur, sistimatus, masif) dan itu terjadi pada setiap pemilu secara terus-menerus. Bahkan 2024 juga akan semakin masif," katanya.

Pertimbangkan Cawapres

Pemilih rasional akan meningkat ketika politik gagasan mengemuka. Ketika politik Indonesia sudah mulai mengedepankan adu program dan gagasan pada Pemilu 2024.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News