Presiden AS Joe Biden Menyampaikan Ancaman

Presiden AS Joe Biden Menyampaikan Ancaman
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani 15 kebijakan baru pada hari pertamanya berkantor di Ruang Oval Gedung Putih, Selasa (20/1). Foto: Reuters

Dia mengatakan Amerika Serikat "memperhatikan mereka yang berdiri bersama rakyat Burma di saat yang sulit ini."

"Kami akan bekerja dengan mitra kami di seluruh kawasan dan dunia untuk mendukung pemulihan demokrasi dan pemerintahan berdasar hukum, serta meminta pertanggungjawaban mereka yang membatalkan transisi demokrasi Burma," katanya.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi menang telak 83 persen dalam pemilihan 8 November.

Tentara mengatakan dalam mengambil alih pada Senin dini hari bahwa pihaknya telah menanggapi apa yang disebut penipuan pemilu.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pada pengarahan pers rutin bahwa Amerika Serikat telah melakukan percakapan "intensif" dengan sekutu tentang Myanmar.

Dia menolak mengatakan tindakan lain apa yang sedang dipertimbangkan selain sanksi.

Ditanya apakah maksud pernyataan Biden, bahwa Amerika Serikat sedang "mencatat" soal bagaimana tanggapan negara lain, adalah pesan untuk China, Psaki mengatakan kepada wartawan, "Ini adalah pesan untuk semua negara di kawasan itu."

Pejabat tinggi Demokrat di komite Hubungan Luar Negeri Senat, Robert Menendez, mengatakan Amerika Serikat dan negara-negara lain "harus memberlakukan sanksi ekonomi yang ketat, serta tindakan lain" terhadap tentara Myanmar dan kepemimpinan militer jika mereka tidak membebaskan para pemimpin terpilih dan melepaskan diri mereka dari pemerintahan.

Presiden AS Joe Biden menyampaikan respons keras menyikapi militer Myanmar yang melakukan kudeta dengan menangkap Aung San Suu Kyi dan Win Myint.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News