Pria Melbourne Divonis Penjara Karena Rencana Bergabung Dengan Militan Islam Di Filipina

Para lelaki itu mengakui menggunakan kalimat menggunakan sandi, melakukan aliansi di internet, dan meminta pinjaman bank untuk membiayai perjalanan itu.
Mereka semua mengaku bersalah karena bersiap untuk pergi "dengan maksud untuk terlibat dalam kegiatan kekerasan" untuk mendorong penggulingan pemerintah sehingga hukum syariah dapat diberlakukan.
Dokumen-dokumen pengadilan juga menunjukkan bahwa masing-masing pria itu "memiliki kedekatan dengan ekstremisme Islam".
Dalam putusannya terhadap Thorne, Hakim Michael Croucher mencatat Thorne tidak "secara resmi melepaskan keyakinan ekstremis yang memotivasi kesalahannya".
"[Tapi] saya puas dia telah menunjukkan tanda-tanda positif bahwa dia telah beralih dari posisi seperti itu," kata Hakim Croucher.
'Diprediksi akan gagal'
Thorne lahir di Australia dan merupakan penutur bahasa Arab yang fasih setelah pindah ke Arab Saudi sebagai anak lelaki dari ibu yang berkewarganegaraan Australia dan ayah tirinya yang berasal dari Maroko pada tahun 1997.
Pengadilan juga mengungkap ayah tirinya kejam dan sadis dan ia pindah ke Perth ketika ibunya meninggalkan pernikahannya dengan ayah tirinya.
Ketika dia kembali ke Arab Saudi, dia menjadi tunawisma pada suatu saat dan diradikalisasi oleh seorang syekh yang menawarkan tempat tinggal kepadanya.
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas