Prihatin Ibu Hamil, Tanah pun Dihibahkan untuk Posyandu

Prihatin Ibu Hamil, Tanah pun Dihibahkan untuk Posyandu
PENGABDIAN TAK HENTI: Nenek Elizabeth setelah menerima penghargaan dari Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi di Jakarta 16 November lalu. (Dok Dinas Kesehatan Mamuju)

jpnn.com - Umur bukan kendala untuk terus mengabdi kepada masyarakat sekitar. Elizabeth, 72, telah menunjukkan ketekunan dan kerelaannya 27 tahun membantu para ibu hamil dan balita di desanya, pelosok Mamuju, Sulawesi Barat. Berkat pengabdian tanpa pamrih tersebut, dia pun memperoleh penghargaan sebagai kader kesehatan lestari 2013 dari Kementerian Kesehatan.

ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta

Elizabeth bukan siapa-siapa. Dia bukan bidan, perawat, apalagi dokter. Dia hanya seorang ibu biasa yang sudah sepuh, namun diberi kelapangan hati untuk mengabdikan hidupnya bagi kesehatan masyarakat di kampung halamannya, Desa Boda-Boda, Kecamatan Topore, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

”Ini sudah panggilan hati. Saya ingin mengabdi kepada Tuhan,” kata Elizabeth sesaat setelah  menerima penghargaan sebagai kader lestari nasional di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Sabtu (16/11). Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi.

Minimnya kader kesehatan di desa itu membuat kondisi ibu hamil, bayi, dan balita kurang terlayani dengan baik. Tak jarang ditemukan balita yang kekurangan gizi dan tak terurus di desa terpencil tersebut. Itulah yang kemudian menggerakkan hati Elizabeth untuk membantu masyarakat yang membutuhkan sentuhan tangannya. Karena itu, tanpa memikirkan imbalan yang akan diperoleh bila membantu ”pasien”, Elizabeth mulai ”membuka praktik” pada 1986.

Caranya, dia mendirikan ”pusat kesehatan” semacam posyandu di rumah pribadinya. Posyandu itulah yang setiap saat jadi jujukan warga yang membutuhkan bantuannya, khususnya para ibu hamil dan bayi-bayi yang kesehatannya terganggu. ”Anak-anak dan cucu-cucu saya tidak berkeberatan dengan kegiatan semacam posyandu di rumah. Mereka malah membantu bila saya nangani orang,” jelas perempuan yang oleh warga desanya dipanggil Nenek Remaja itu.

Sejak ada posyandu di rumah Nenek Remaja, kegiatan kesehatan di desa tersebut hidup. Padahal, semua fasilitas ditanggung keluarga sang nenek. Elizabeth tidak pernah mengharapkan, bahkan meminta imbalan dari jasanya membantu warga yang datang ke posyandu. Dia ikhlaskan semua itu untuk mengabdi kepada Tuhan.

Kegiatan pemeriksaan pada ibu hamil serta penimbangan bayi dan balita terus berlanjut hingga sekarang. Perempuan yang dulu berprofesi sebagai dukun beranak itu setidaknya sedikit banyak mengerti akan posisi dan kondisi bayi yang rewel serta kurang sehat. Selain itu, dia melakukan kemitraan dengan bidan-bidan senior di kecamatan.

Umur bukan kendala untuk terus mengabdi kepada masyarakat sekitar. Elizabeth, 72, telah menunjukkan ketekunan dan kerelaannya 27 tahun membantu para

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News