Provinsi Riau: Sejarah dan Potensi Bumi Lancang Kuning

Provinsi Riau: Sejarah dan Potensi Bumi Lancang Kuning
Gubernur Riau Anas Maamun menjadi inspektur upacara peringatan HUT Republik Indonesia di halaman kantor Gubernur Riau. Foto: ist

Provinsi Riau: Sejarah dan Potensi Bumi Lancang Kuning

Sektor pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya.

Provinsi Riau memiliki letak yang strategis yaitu pada jalur perdagangan regional dan internasional di kawasan ASEAN yaitu berada di jalur perkapalan internasional yang sangat sibuk yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik. Keberadaan provinsi ini membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut Cina Selatan.

Secara geografis Provinsi Riau terletak antara 01o 05 00 Lintang Selatan sampai 02o 25 00 Lintang Utara serta antara 100o 00 00 Bujur Timur sampai dengan 105o 05 00" Bujur Timur. Dengan batas batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara, Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat, Sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara, Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Selat Malaka.

Secara administratif Provinsi Riau terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Kota, dengan ibukota provinsinya yaitu Kota Pekanbaru. Provinsi ini memiliki luas area sebesar 8.915.015,09 Ha (89.150 Km2). Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas 1.379.837 Ha (15,5%), diikuti oleh Kabupaten Pelalawan yang mempunyai luas 1.240.414 Ha (13,9%) dan Kabupaten Bengkalis seluas 1.204.423 Ha (13,5%).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Riau pada tahun 2008 mencapai Rp. 91,08 Triliun. Struktur ekonomi Provinsi Riau didominasi sektor pertambangan yaitu sebesar 51,4% dari total PDRB atau sebesar Rp. 46,89 Triliun, disusul sektor Pertanian dan sektor industri pengolahan, masing masing nilainya sebesar Rp. 15,49 Triliun (17%), dan sektor industri pengolahan sebesar Rp. 9,91 Triliun (11%). Untuk sektor Pertambangan, kontribusi sub sektor pertambangan migas menyumbang terbanyak yaitu sebesar 98,4%, sementara pertambangan non migas dan penggalian masing masing hanya 0,9% dan 0,7%.

Komoditi yang diunggulkan pada provinsi ini adalah sektor pertanian, meliputi sub sector tanaman perkebunan dengan komoditi kelapa, kelapa sawit dan gambir. Sub sektor perikanan dengan komoditi Ikan Patin. Sedangkan komoditi penunjang pada sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi kakao, karet, kopi dan durian. Untuk sub sektor perikanan meliputi budidaya laut dan budidaya tambak. Sementara untuk sektor jasa komoditi yang diunggulkan provinsi ini adalah bidang pariwisata.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian dan investasi di Provinsi Riau, tersedia sarana dan prasarana diantaranya Pelabuhan Pekanbaru di Kota Pekanbaru, Pelabuhan Perawang di Kota Pekanbaru, Pelabuhan Dumai di Kota Dumai, Pelabuhan Bagan Siapi-api di Kabupaten Rokan Hilir, serta Bandara Sultan Syarif Kasim II terletak di Kota Pekanbaru dan Bandara Pinang Kampai di Kota Dumai.

BERMULA dari tahun 1514, sebuah ekspedisi militer Portugis menelusuri sungai-sungai di kawasan Indonesia barat. Tujuan pelayaran mereka untuk mencari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News