Puluhan Ribu Sak Limbah Beracun Bertebaran di 3 Kecamatan

Puluhan Ribu Sak Limbah Beracun Bertebaran di 3 Kecamatan
Aktivis Ecoton mengambil sampel di timbunan limbah beracun di Desa Sukosari, Jogoroto, Jombang, kemarin (6/4). NASIKHUDDIN/Jawa Pos Radar Jombang

Sukosari dan Jogoroto bukan satu-satunya desa dan kecamatan di Jombang yang wilayahnya dipenuhi bahan beracun tersebut. Di Kecamatan Sumobito dan Kesamben, dengan gampang pula ditemukan limbah beracun tersebut di berbagai desa.

Mulai yang digunakan untuk tanggul sungai, buat menguruk jalan ke sawah, sampai menambal jalan rusak. Bahkan, tak jarang bahan berbahaya tersebut digunakan sebagai fondasi warung hingga pengganti tanah uruk untuk halaman.

Misalnya, pada Jumat (6/4) terpantau Jawa Pos Radar Jombang di Dusun/Desa Sidokampir, Sumobito. Ribuan karung berisi limbah beracun terlihat ditimbun warga di samping saluran air di desa setempat.

Dan, itu bukanlah kejadian pertama. Sudah sering terjadi. Dengan daya jangkau yang lebih luas. Dari biasanya terkonsentrasi dalam jumlah besar di Sumobito dan Kesamben. Kini juga merambah ke Jogoroto.

Sumobito dan Jogoroto adalah dua kecamatan bertetangga di sebelah timur Kota Jombang. Adapun Kesamben, kecamatan itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto.

Limbah-limbah itu berasal dari ratusan industri rumahan aluminium di Sumobito dan Kesamben. Mereka memproduksi aluminium batangan yang akan dijual ke pabrik besar.

Menurut Prigi Arisandi, direktur Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation), dari hasil penggalian data yang dilakukannya, pembuangan dan produksi limbah di dua kecamatan tersebut setidaknya berlangsung sejak kurun 1980-an. Dengan jumlah yang terus bertambah.

’’Dari data kami, memang mereka sudah eksis di sana sejak 1988. Sampai kini berjumlah 136 pabrik yang menghasilkan puluhan ton limbah sludge aluminium tiap harinya,’’ jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jombang.

Puluhan ribu sak limbah beracun bertebaran di tiga kecamatan di Jombang, Jatim, digunakan untuk fondasi warung hingga menguruk situs purbakala.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News