Radikalisme dan Terorisme Tak Selalu Berbasis Agama

Radikalisme dan Terorisme Tak Selalu Berbasis Agama
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Berbagai kekacauan yang terjadi akibat radikalisme-terorisme, jangan selalu dikaitkan dengan agama, khususnya Islam. Prof. Dr. Komarudin Hidayat berpendapat, tanpa Islam pun dunia tetap saja kacau.

Di beberapa peristiwa dunia, seperti Perang Dunia I dan II, atau konflik agama di dunia barat lain, justru Islam tidak berperan.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini menegaskan, pada tataran intelektual dan ilmuwan sudah diakui bahwa tidak ada korelasi utama antara Islam dan terorisme.

“Gerakan kelompok radikalisme-terorisme di berbagai negara juga semakin berkurang. Data yang ada menunjukkan pula bahwa agama tidak berdiri sendiri dalam gerakan radikalisme-terorisme tersebut,” ucap Prof. Komarudin dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?”.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, radikalisme-terorisme tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik lain. Kenyataan demikian juga muncul di berbagai negara di dunia.

“Upaya mengaitkan agama dengan terorisme itu harus mulai dikoreksi. Hanya dalam konteks Indonesia ditengarai seakan ada skenario karena pada aksi-aksi tertentu, pasca aksi selalu ditemukan dokumen yang berkaitan dengan teologis, yang kemudian mengalihkan perhatian masyarakat dari isu penting lainnya. Hal seperti itu membuat masyarakat jemu dan bersikap apatis terhadap kasus-kasus radikalisme-terorisme, seperti pada kasus bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar. Tidak muncul rasa kepanikan yang dahsyat atas kasus tersebut” ujar Mu"ti.

Oleh sebab itu, Mu'ti mengimbau agar penanganan tindakan radikalisme-terorisme perlu diubah menjadi pendekatan semesta, yang lebih partisipastif melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan sifatnya persuasif, tidak selalu harus mengikuti pola militeristik.

Diketahui, Indonesia beberapa kali diguncang aksi radikalisme-terorisme, yang dilakukan jaringan kelompok berbalut ideologi agama maupun perorangan atau lone-wolf, seperti yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat baru-baru ini oleh seorang mantan napiter.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, radikalisme-terorisme tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News