Raihan Laba Pertamina Perlu Diapresiasi, Meningkat 95 Persen
“Itu satu (yang membedakan). Selain itu, dalam praktik, pasti ada dilema, antara memenuhi amanah UU dengan amanah UU tentang Perseoran Terbatas. Karena terkait UU tentang PT harus lari 100 Km/jam. Tetapi kalau bicara PSO, harus soal pemerataan karena 27% rakyat kita masih di bawah garis kemiskinan. Makanya, itu tadi, Pertamina harus menjual produk subsidi yang harganya sudah ditentukan Pemerintah. Dan itu tidak mudah,” papar Mudrajad.
Itu sebabnya, Mudrajad memberi apresiasi kepada Pertamina atas raihan laba bersih 2021 sebesar Rp 29,3 Triliun.
Terlebih, Pertamina juga masih berkontribusi melalui pajak sebesar Rp 126,7 Triliun dan juga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) sebesar Rp 73,1 Triliun.
Menurut Mudrajad, lonjakan laba bersih sebesar 95 persen dibandingkan tahun lalu, karena Pertamina berhasil menjalankan efisiensi dengan baik.
“Efisiensi Pertamina lumayan, dan harus diakui. Cost Saving yang dilakukan Pertamina, menghemat USD1,3 Miliar, Cost Optimization menghemat USD2,2 Miliar USD, dan Cost Avoidance sebesar USD350 Juta,” kata dia.(chi/jpnn)
Pertamina juga masih berkontribusi melalui pajak sebesar Rp 126,7 Triliun dan juga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) sebesar Rp 73,1 Triliun.
Redaktur & Reporter : Yessy Artada
- IHC Kerahkan Tim Medis Terbaik untuk Dukung Kelancaran World Water Forum di Bali
- Jelang WWF 2024, Pertamina Patra Niaga Memastikan Pasokan Energi di Bali Aman
- Dirut Pertamina Beberkan Strategi Jaga Ketahanan Energi dan Kelestarian Lingkungan
- Tinjau Progres Pembangunan BIH, Erick Thohir: Indonesia Siap Bersaing
- Sukses Perluas Akses Energi, Pertamina Raih 3 Penghargaan
- Teken MoU, Pertamina dan JCCP Siap Berkolaborasi Hadapi Tantangan Transisi Energi