Raker di Komisi VI DPR, Dirut PT Taspen Laporkan Kinerja Positif 2019

Raker di Komisi VI DPR, Dirut PT Taspen Laporkan Kinerja Positif 2019
Direktur Utama PT Taspen A.N.S. Kosasih usai Raker di Komisi VI DPR, Rabu (19/2). Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN
Total Liabilitas pada tahun 2019 tercatat Rp251,84 triliun, yang sebagian besar terdiri atas Dana Akumulasi Iuran Pensiun PNS Rp151,40 triliun, serta Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp99,48 triliun.

Pada 2018 angka Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis yang dicatat Taspen sebesar Rp93,96 triliun. Hal itu berarti dengan lonjakan pendapatan yang ada BUMN tersebut mencatatkan kenaikan Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp5,52 triliun atau ekuivalen dengan kenaikan sebesar 5,9%.

Pada kesempatan tersebut, Kosasih juga menegaskan bahwa sebagian besar portofolio investasi Taspen ditempatkan pada instrumen yang sangat aman. Mayoritas pada instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income), yaitu surat utang maupun deposito sebesar 86,2% dari total portofolio.

Porsi investasi di surat utang atau obligasi sebesar 67,5% di mana sebagian besar merupakan obligasi pemerintah dan deposito 18,7% yang sebagian besar ditempatkan di bank BUMN. Adapun sisanya berupa investasi langsung 2,2%, saham 4,9%, dan reksa dana 6,7% di mana reksadana saham hanya sebesar 1,3%, itupun dengan seleksi pemilihan MI yang sangat ketat.

“Mayoritas investasi Taspen ditempatkan pada surat utang negara maupun obligasi korporasi dengan fundamental yang kuat, dengan tingkat risiko yang sangat rendah namun tetap memberikan imbal hasil yang  baik,” jelas Kosasih.

Di sisi lain, untuk menjaga likuiditas perusahaan dan keamanan dana, TTaspen menempatkan hampir 80% deposito di bank BUMN, 18% di Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan hanya 2% pada bank umum yang merupakan anak usaha dari Bank Mandiri dan Taspen yaitu Bank Mandiri Taspen.

Sedangkan untuk investasi di saham, Taspen memilih saham-saham emiten yang sebagian sangat besar terdaftar pada Indeks LQ-45 dan didominasi oleh saham-saham BUMN yang tergolong saham-saham blue chip.

Begitu juga pada instrumen reksadana, perseroan berinvestasi melalui maksimum 15 Manajer Investasi (MI) yang memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) di atas Rp4 Triliun hingga sekitar Rp50 triliun di mana 90% di antaranya adalah MI yang menduduki peringkat 15 besar. Hampir 50% penempatan reksadana Taspen adalah pada MI BUMN.

Kosasih menjelaskan, lonjakan kinerja PT Taspen merupakan hasil implementasi strategi dan kebijakan investasi secara prudent, berhati-hati dan aman dengan memperhitungkan secara saksama tingkat risiko yang diterima, kondisi pasar, likuiditas, imbal hasil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News