Raska, Tukang Tambal Ban yang Terpilih sebagai Anggota DPRD Subang

Cari Pemilih dari Warung Kopi ke Warung Kopi

Raska, Tukang Tambal Ban yang Terpilih sebagai Anggota DPRD Subang
Raska, Tukang Tambal Ban yang Terpilih sebagai Anggota DPRD Subang

Berwiraswasta memungkinkan Raska untuk aktif di organisasi politik. PKS menjadi pilihannya. Keaktifan pria asli Subang itu membuat DPC PKS Subang memercayainya untuk menjadi caleg. Menurut Raska, pencalonannya bukan atas inisiatif diri sendiri, melainkan permintaan partai. Dia pun tidak mengeluarkan modal awal untuk pencalonan.

Saat diminta menjadi caleg, Raska banyak berbicara dengan sang istri, Een Nurhayati. Setelah berdiskusi panjang dan banyak pertimbangan, Een pun menyetujui keputusan Raska untuk nyaleg. Dukungan Een itu salah satunya meneruskan usaha sang suami selama dia nyaleg.

Saat namanya muncul dalam daftar caleg sementara, Raska langsung bergerak. Dia memulai sosialisasi kepada warga di daerah pemilihan (dapil)-nya. Dia aktif turun untuk menyapa warga nyaris setiap hari.

Dia pun mengadakan pertemuan dan diskusi informal di setiap sudut dapilnya. “Saya memilih berkampanye dengan cara tersebut karena modal terbatas,” ungkap Raska polos.

Jangan dibayangkan diskusi tersebut dilakukan di ruang rapat atau meminjam balai desa. Diskusi di rumah warga atau di warung kopi menjadi andalan. Namun, bukan berarti dia sama sekali tidak mengeluarkan biaya. “Tetap keluar biaya, misal untuk kopi, camilan, dan rokok,” urainya. Rata-rata dia mengadakan pertemuan informal dengan warga tiga sampai lima kali.

Aktivitas tersebut diakuinya cukup menyita waktu. Untungnya, sebelum nyaleg dia telah mempekerjakan seorang pemuda desa di bengkelnya. Pemuda tersebut dilatih memperbaiki kerusakan motor ringan dan menambal ban. Soal keuangan bengkel maupun toko aksesori motor diserahkan kepada sang istri.

Keterbatasan modal juga membuat Raska tidak banyak nampang di poster ataupun baliho seperti kebanyakan caleg di daerah. “Saya hanya bikin lima baliho, diletakkan di tiap desa,” ujarnya seraya menunjuk baliho bekas berukuran 1,2 x 1,8 meter di rumahnya. Balihonya pun sederhana, dibingkai bambu.

Media kampanye lainnya adalah kalender dan kaus. Namun, dia tidak mengeluarkan biaya untuk itu. Ada salah satu caleg DPR RI yang berbaik hati menyertakan nama dan foto Raska di kalender yang menjadi media kampanyenya. Raska hanya dimintai bantuan untuk menyebarkan kalender tersebut kepada konstituen.

Uang tak selalu berkuasa dalam pemilu legislatif. Raska membuktikan hal itu. Bermodal dari usaha bengkel tambal ban pun cukup untuk mengantarkannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News