Ratusan Mahasiswa Papua Tinggalkan Kuliah Karena Mengaku Diintimidasi

Ratusan Mahasiswa Papua Tinggalkan Kuliah Karena Mengaku Diintimidasi
Ratusan Mahasiswa Papua Tinggalkan Kuliah Karena Mengaku Diintimidasi

Elian menjelaskan, oknum yang memerintahkan rekan-rekannya untuk membuat video itu mengatasnamakan sejumlah Pemda di Papua seperti Mimika, Manokwari, Manokwari Selatan dan Sorong. Padahal setelah ditelusuri oleh pihak sekolah, keempat Pemda membantah perintah pembuatan video itu.

Ancaman membuat video "aman-aman saja" itu telah memicu kepulangan dia dan puluhan kawannya ke Jayapura, selain karena keinginan orangtua yang khawatir dengan keselamatan mereka.

Sementara Elian mengakui, meski ada beberapa insiden tindak rasisme namun secara umum sebagai pelajar Papua dia dan rekannya merasa baik-baik saja selama berada di Manado.

"Kita punya keinginan untuk pulang hanya saat ada kejadian pemaksaan membuat video itu. Kalau perlakuan rasisme sih jarang terjadi. Guru-guru juga tidak membedakan, semua aman-aman saja," katanya.

Sementara Yun Tabuni juga memutuskan meninggalkan kuliahnya di jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Manado karena merasa terancam dan diawasi ketat oleh aparat keamanan.

"Pasca kerusuhan, pengawasan oleh personil TNI/Polri semakin meningkat. Mereka datang ke asrama," katanya.

"Aparat itu sering mendatangi asrama kami, sore atau kadang sudah larut sekitar jam 11 atau 12 malam. Kami tidak izinkan masuk, karena kita tidak tahu, apa mereka punya maksud lain," kata Yun kepada ABC.

Selain merasa gerak-geriknya selalu diawasi dan tidak bisa beraktivitas secara bebas, Yun Tabuni mengaku pulang untuk mendukung agenda Papua Merdeka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News