Ray Rangkuti: Reformasi dan Reposisi Polri Sangat Urgen

“Polri belakangan ini sangat pragmatis, karena terlalu dekat dengan kekuasaan politik. Bahkan, belakangan kita mendengar partai cokelat (parcok). Hal ini ditandai dengan menguatnya keterlibatan oknum Polri pada urusan politik praktis,” tegas Ray Rangkuti.
Dia mengatakan Polisi itu pada dasarnya menyelesaikan masalah, bukan mendatangkan masalah.
Polisi belakangan jarang mendengarkan kritik masyarakat sipil dalam kerangka memperbaiki institusinya.
Bahkan, beber Ray, belakangan menguat usulan untuk mengembalikan Polri ke TNI.
Menurut Ray, usulan tersebut bukan saja reaksioner, melainkan harus dilihat sebagai sebuah ekspresi atau respons publik karena tidak puas dengan kinerja Polri.
Selain itu, ujar Ray, belakangan kita jarang mendengarkan percakapan publik untuk mengatakan Polisi Indonesia masih profesionalitas dan berintegritas. Mengapa? Karena Polri belakangan sangat jauh dari harapan Polisi sipil yang demokratis dan humanis.
“Buruknya skor penilaian publik terhadap TNI dan Polri disebabkan oleh menguatnya pelibatan TNI-Polri di ruang-ruang sipil, termasuk di banyak program dan proyek strategis negara” kata Ray.
Sebagai informasi, Civil Society for Police Watch telah melakukan survei sejak 12-18 Maret 2025 lalu, responden terpilih pada 26 Provinsi berjumlah 1.500 orang dengan margin of error kurang lebih 2,53 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan digitalisasi kepolisian bukan merupakan hal urgen.
- Ray Rangkuti Kritik Kinerja KPK, Kasus Hasto Dikejar, Tetapi Bobby Diundang Koordinasi
- Sahroni Puji Keberhasilan Gugus Tugas Ketahanan Pangan Polri Tingkatkan Hasil Panen Jagung
- Dedi Mulyadi Ungkap Kriteria Pelajar yang Dikirim ke Barak TNI
- PPATK Apresiasi Kinerja Pemerintah dan Polri dalam Penindakan Judi Online
- Keberadaan Kasat Reskrim Iptu Tomi yang Hilang saat Memburu KKB pada 2024 Masih Misteri
- Penyelundupan Narkoba ke Rutan Polresta Samarinda, 3 Polisi Terancam PTDH