Refleksi Hari Guru 2014

Oleh; Mohammad Nuh*

Refleksi Hari Guru 2014
Refleksi Hari Guru 2014

Realitasnya, tidak jarang kita jumpai menjadi guru sebagai pilihan terakhir setelah ke sana kemari tidak mendapatkan pekerjaan. Daripada menganggur, akhirnya berlabuh menjadi guru. Sehingga guru diposisikan sebagai pemenuhan pekerjaan dan pilihan terakhir.

Untuk guru pada tipe ini, yang menjadi ukuran utamanya adalah bagaimana dia bisa menunaikan tugas formal semata tanpa disertai rasa tanggung jawab terhadap capaian kompetensi murid. Yang penting mengajar yang berfokus pada pengetahuan, belum mendidik dan hasilnya murid yang bertanggung jawab. Suasana pembelajaran sangat kering karena tidak ada ikatan emosional antara guru dan murid.

Guru sebagai Panggilan Jiwa

Kedahsyatan panggilan jiwa bisa melampaui sekat-sekat yang menjadi hambatan untuk menjadi guru. Dia memahami betul esensi menjadi guru adalah membantu dan menghantarkan murid menjadi manusia sejati yang berbasis pada perilaku, budi pekerti, dan karakter atau dalam K-13 kompetensi sikap.

Dalam bahasa KH Hasyim Asy’ari: semua amal ibadah, baik rohani maupun jasmani, perkataan maupun perbuatan, tidak akan dihitung kecuali disertai perilaku serta budi pekerti yang terpuji (Adabul ’Alim wal Muta’allim). Dia mengandalkan pentingnya guru sebagai sumber keteladanan dan inspirasi sehingga guru harus berusaha menampilkan diri sebagai sosok yang penuh kemuliaan.

Dia juga menyadari, pada akhirnya ilmu bisa usang karena perkembangan zaman, tetapi perilaku haruslah tetap tersisa sepanjang hayat. Begitulah kata Einstein (fisikawan) dan Skinner (psikolog), dua ilmuwan terbaik pada zamannya.  

Suasana pembelajarannya sangat hidup, pendekatannya penuh kasih sayang, karena ada ikatan emosional yang kuat. Hubungan guru-murid tidak sebatas terjalin di wilayah sekolah, tetapi diperluas sampai wilayah spiritual-transendental. Dia lebih fokus terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya, tidak terlalu peduli terhadap haknya.

Guru sebagai Profesi

TIDAK ada satu pun di antara kita yang tidak pernah mendapatkan sentuhan kemuliaan dari guru sehingga menjadi kita seperti sekarang ini, apa pun

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News