Ribuan Babi di Parigi Moutong Mati Mendadak, Peternak Diminta Tak Buang Sembarangan

Ribuan Babi di Parigi Moutong Mati Mendadak, Peternak Diminta Tak Buang Sembarangan
Ilustrasi - Personel Babinsa TNI dibantu petugas gabungan mengangkat bangkai babi dari aliran Sungai Bederah untuk dikubur di Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara. FOTO: ANTARA/Irsan Mulyadi

jpnn.com, PARIGI MOUTONG - Sebanyak 3.642 ekor babi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah mati mendadak. Hingga kini dinas peternakan setempat mengaku belum mengetahui penyebab kematian ternak tersebut.

"Belum diketahui penyebab kematiannya, apakah terjangkit flu babi atau virus lainnya. Kami masih melakukan diagnosa Classical Swine Fever (CSF)," kata Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Parigi Moutong Normawati Said di Parigi, Rabu.

 Ia menjelaskan, data dihimpun pihaknya 3.642 ekor mati atau paksa potong karena sakit, kemudian 281 ekor tertangani atau diobati, sedangkan yang telah divaksin sebanyak 965 ekor.

Saat ini, Dinas Peternakan dan Perkebunan Sulteng telah mengambil sampel darah ternak tersebut untuk dilakukan uji laboratorium. "Kami masih menunggu hasil uji sampel," ucapnya.

Dilaporkan, ribuan ternak mati mendadak itu berada di empat kecamatan yakni Kecamatan Torue, Balinggi dan Sausu serta Parigi Selatan.

Dari peristiwa itu, instansi terkait menerbitkan surat edaran yang berisi imbauan, di antaranya tentang larangan kepada pihak perusahaan, pedagang, dan pemilik ternak memperdagangkan ternak babi keluar-masuk wilayah Parigi Moutong, baik dalam bentuk hidup maupun dalam bentuk olahan makanan.

Selain itu, pihaknya juga telah mengajukan permohonan bantuan obat-obatan berupa vaksin dan vitamin khusus ternak ke Dinas Peternakan dan Perkebunan Sulteng supaya kasus ini tidak meluas ke wilayah lain.

Ia juga mengimbau peternak segera melaporkan kepada petugas DPKH bila terdapat indikasi kelainan pada ternak supaya dilakukan penanganan cepat sebagai bentuk antisipasi.

Sebanyak 3.642 ekor babi di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah mati mendadak. Hingga kini dinas peternakan setempat mengaku belum mengetahui penyebab kematian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News