Riset LAB45 Catat 3 Tantangan Transformasi Ekonomi Hijau di Indonesia
Hal itu agar perombakan headline figures yang digunakan untuk menilai kinerja perekonomian memasukkan kesadaran akan keberlanjutan di masyarakat.
“PDB Indonesia terlihat besar saat ini, namun belum dapat mencerminkan komitmen nasional dalam menjaga lingkungan, sehingga perlu bagi kita untuk mengubah paradigma kita dalam mengukur kinerja ekonomi demi menyusun strategi yang lebih komprehensif untuk menyongsong transisi ekonomi hijau,” jelas Nariswari dalam seminar tersebut.
Ketua Career Development and Alumni Centre (CDAC) UMSU Sukma Lesmana menjelaskan tren akuntansi kontemporer telah memasukkan aspek Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) ke dalam pelaporan keuangan.
Dia memaparkan bahwa tren ESG yang ada saat ini memungkinkan transformasi hijau untuk berlangsung secara kolaboratif di antara sektor publik dengan sektor swasta.
“Keberadaan ESG membuat praktik akuntansi saat ini memberikan bobot yang makin besar akan pelaporan dan penghitungan dampak lingkungan dari operasional sebuah perusahaan,” kata Sukma.(mcr10/jpnn)
Hasil riset Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) menunjukkan bahwa ada tiga tantangan utama transformasi ekonomi hijau di Indonesia.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Holding UMi Sukses Pacu Inklusi dan Literasi Keuangan Nasional
- Dana CSR Harus Bisa Berperan Membantu Mewujudkan Indonesia Emas 2045
- Perkuat Sinergi Antarinstansi, Bea Cukai Berikan Edukasi Kepabeanan di 2 Wilayah Ini
- Peran Mandiri Agen Diperkuat untuk Memperluas Inklusi Keuangan
- Impor-Ekspor Indonesia-Israel Masih Ada, Banyak Pihak Meragukan Boikot Produk
- Triwulan I 2024: Ekonomi Sumsel Tumbuh 5,06 Persen, Jumlah Penduduk Bekerja juga Naik