Rumitnya Mendesain Mata Uang Baru Rupiah
Mesti Telusuri Ahli Waris Pahlawan yang Beristri Sembilan
Selasa, 07 September 2010 – 08:08 WIB

Hamid Ponco Wibowo menunjukkan gambar desain uang pecahan Rp 20.000. Foto : Ahmad Baidhowi/JAWA POS
Baca Juga:
Untuk bahan uang logam, BI dulu memilih bahan aluminium. Namun, bahan aluminium yang relatif lebih gampang terlihat kusam membuat BI memilih bahan lain. Karena itu, untuk pecahan baru Rp 1.000 edisi Juli 2010 yang bergambar angka 1.000 dan burung garuda di bagian muka serta gambar angklung di bagian belakang, BI mulai menggunakan nikkel plated steel sebagaimana uang logam di banyak negara lain. "Itu adalah baja yang dilapisi nikel sehingga mengkilap," katanya.
Bagaimana dengan bahan uang kertas? Tentu saja lebih rumit. Meski bahan dasarnya kertas dari kapas cotton, sejak sebelum dicetak pun, bahan sudah harus disiapkan, termasuk dilengkapi berbagai unsur pengaman.
BI pernah mengeluarkan uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 dengan bahan plastik atau polimer. Namun, kini, di antara tujuh pecahan uang kertas, tidak ada lagi yang menggunakan bahan polimer. Alasannya, banyak di antara masyarakat yang menstaples uang. Akibatnya, uang berbahan polimer mudah sobek. Saat dimasukkan dalam mesin penghitung, uang sering menyangkut. "Karena itu, bahan polimer tidak digunakan lagi. Kalau berbahan kertas, lubang staples bisa tertutup," terang Ponco.
Menjelang Lebaran, uang cetakan baru dalam berbagai pecahan banyak beredar dan diburu masyarakat. Tapi, pernahkah Anda membayangkan bagaimana rumitnya
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu