Rusuh Sari Rejo, Ngapain aja DPRD?

Rusuh Sari Rejo, Ngapain aja DPRD?
Martin Hutabarat. Foto: Indopos/dok.JPNN.com

Doa yang disampaikan politikus asal Sumut yang akrab disapa Romo Syafii itu mendapat sorotan luas dari masyarakat. Pasalnya, materi doa banyak memuat sindiran-sindiran tajam terhadap pemerintah.

Di bagian akhir, doa di acara kenegaraan yang dihadiri Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla itu, Romo menyampaikan kasus Sari Rejo. Begini kutipannya:

“Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.

Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan Allah di negara ini rakyat ini outsourcing, tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.

Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5.000 kepala keluarga sengsara dengan perlakuan aparat negara. Allah lindungilah rakyat ini, mereka banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan pemerintahan. Allah, kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah taubat mereka ya Allah. Tapi kalau mereka tidak bertaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negara ini Ya Allah.”

Martin mengakui, doa yang disampaikan rekannya itu cukup mengejutkan, dan di luar perkiraannya. Hanya saja, khusus untuk kasus Sari Rejo, dia mendukung ucapan doa Romo.

“Ya, banyak yang menyebut itu doa oposisi, tak apa-apa,” kata Martin.

Martin cerita, di sidang Tahunan itu dirinya duduk berdekatan dengan Romo Syafii. Sebelum Romo maju ke podium, Martin sempat tanya mengenai kesiapan mantan anggota DPRD Sumut itu menjadi pembaca doa.

JAKARTA – Politikus senior Partai Gerindra, Martin Hutabarat, mempertanyakan peran DPRD Sumut dan DPRD Medan dalam mengatasi konflik lahan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News