Salah Tentukan Haluan, Dosa Besar Bagi Perencana Pembangunan

Salah Tentukan Haluan, Dosa Besar Bagi Perencana Pembangunan
Menpar Arief Yahya. Foto: Dok.JPNN

Manufacture, kata peraih Marketeer of The Year 2013 oleh MarkPlus itu, bukan tidak boleh dikembangkan. Sangat boleh, terutama untuk kepentingan domestic market, penyerapan tenaga kerja, dan supplay untuk ketahanan nasional. 

“Tetapi kalau untuk bersaing dengan negara lain di dunia, kita tidak akan bisa mengalahkan China. Laki-laki diciptakan Tuhan, perempuan juga diciptakan Tuhan, sisanya made in China,” kelakar Arief Yahya, yang menyebut manufacture itu value chain-nya paling rendah saat ini.  

Apa sih tugas seorang leader? Seorang CEO –Chief Executive Officer, atau Bupati, Walikota dan Gubernur itu? “Tugas paling mendasar adalah memberikan arah, dan mengalokasikan sumber daya! Baik budget maupun manusia. Pertanyaannya, apakah sudah benar dalam alokasi anggaran ke sector yang sudah pasti bakal menaikkan value added daerah? Atau masih menggunakan asumsi lama yang terus merosot? Apakah sudah betul menempatkan SDM terbaiknya ke sector yang menjadi prioritas?” kata Menpar yang S-2 nya di Surrey University Inggris itu. 

Pria asli Banyuwangi yang beristri orang Palembang inipun memaparkan angka-angka yang sulit dibantah. Sumber UN-WTO Tourism Highlight 2014, UN-WTO World Tourism Barometer 2015, WTTC 2015 meyakinkan, meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap tumbuh positif. “Tahun 1950 ada 25 juta orang. Tahun 1980 melompat menjadi 278 juta. Tahun 1995 menanjak lagi 528 juta. Dan tahun 2014 ada pergerakan wisatawan 1,14 Miliar orang,” jelas Menpar.

Pariwisata sudah mengalami ekspansi dan diversivikasi berkelanjutan, dan menjadi salah satu sector ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Meningkatkan destinasi dan investasi pariwisata menjadi factor kunci dalam pendapatan eksport, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan infrastructure. “Itulah mengapa pariwisata menjadi sector unggulan, kunci pembangunan, kesejahteraan dan kebahagiaan,” katanya.

Tahun 2015, kata Arief Yahya, Travel & Tourism secara langsung menyumpangkan USD 2,4 triliun pada PDB. Nilai itu berarti dua kali lipat dibandingkan industry otomotif dan hampir 50% lebih besar dari industry kimia global. “Kontribusi total pariwisata dunia terhadap PDB Dunia selalu meningkat setiap tahun. Tahun 2015 naik 4,3 persen, diprediksi 2016 naik 4,7 persen, dan selama 10 tahun ke depan akan naik 4,5 persen,” ungkapnya.

Coba bandingkan dengan devisa dari Minyak dan Gas (oil and gas): Tahun 2013 sebesar USD 33M, tahun 2014 turun USD 30M, dan di 2015 tinggal USD 18,9M. Bandingkan juga dengan batubara (coal): Tahun 2013 masih USD 25M, tahun 2014 menjadi USD 21M, dan tahun 2015 tinggal USD 16M. Begitu pun CPO atau minyak kelapa sawit, tahun 2013 masih USD 16M, tahun 2014 sempat naik USD 17M, tahun 2015 turun jadi USD 15M. “Hanya pariwisata yang terus naik, USD 10M (2013), USD 11M (2014), dan USD 12M (2015). “Dalam bisnis itu, proyeksi lebih penting daripada performance,” katanya.

Maksudnya, saat ini oil and gas, coal dan CPO masih mendominasi tiga besar penghasil devisa terbesar Indonesia. Tapi ketiganya, mengalami trend menurun. Minyak lebih ngeri lagi, sudah target produksinya turun dari tahun sebelumnya, harganya pun anjlok, dari sempat USD 100 per barel, sekarang tinggal USD 35 per barel. “Dalam membuat portofolio bisnis, orang lebih melihat proyeksi. Prospek ke depan. Sekarang mungkin belum perform, tapi ke depan akan menjadi primadona,” katanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News