Sejauh Mana Efektivitas Menghadapi Lonjakan Covid-19?

Sejauh Mana Efektivitas Menghadapi Lonjakan Covid-19?
Pakar Kesehatan Masyarakat, Paulus Januar. Foto: Dokpri for JPNN.com

jpnn.com - Sejak diumumkan pada awal Maret 2020, hingga kini terjadi lonjakan pesat jumlah penderita Covid-19. Berdasarkan pola penyebaran penyakitnya, jumlah penderita Covid-19 yang disebabkan virus corona diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Mei 2020, dan kemudian menurun hingga akhir Agustus mendatang.

Secara epidemiologis para ahli membuat proyeksi jumlah penderita Covid-19. Pelbagai proyeksi dikemukakan dari yang paling optimis sampai yang paling ekstrim, berdasarkan asumsi-asumsi yang melatarbelakanginya. Namun semua proyeksi tersebut memperkirakan akan terjadi lonjakan jumlah penderita Covid-19 secara eksponensial.

Kemungkinan lonjakan jumlah penderita Covid-19 sebenarnya telah disadari pemerintah maupun kalangan profesi kesehatan. Perencanaan dan protokol untuk menghadapinya telah pula disusun, terutama berdasarkan pengalaman mengatasi wabah SARS dan MERS beberapa waktu lalu.

Namun perlu dicatat bahwa di Indonesia penderita SARS relatif sedikit dan MERS tidak ada yang terjangkiti. Kini lonjakan penderita Covid-19 telah menjadi kenyataan hingga patut dilakukan penelaahan sejauh mana efektivitas menghadapinya yang mencakup upaya pencegahan, deteksi dini, perawatan, dan rehabilitasi.

Upaya pencegahan sebenarnya telah dicanangkan sejak sebelum kasus penderita Covid-19 ditemukan di Indonesia. Pemberian informasi untuk pencegahan perlu dilakukan secara proporsional hingga tidak menjadi kontra produktif.

Pemberian informasi yang menganggap enteng dengan maksud untuk menenangkan masyarakat dapat menyebabkan diabaikannya upaya pencegahan. Sebaliknya pemberian informasi yang terlalu menakut-nakuti akan menimbulkan panik hingga mungkin banyak orang akan meminta untuk diperiksa apakah mengindap virus corona.

Padahal sebenarnya tidak terdapat indikasi untuk perlu diperiksa. Malah kalau membeludak dan tidak dapat ditangani, maka dapat menyebabkan orang yang seharusnya diperiksa menjadi luput dari pemeriksaan. Kemudian bila informasi disertai stigma misalnya para penderita dikategorikan sebagai pembangkang yang tidak menaati anjuran atau sebagai penyebar musibah bagi lingkungannya, maka dapat berakibat mereka yang seharusnya diperiksa dan dilakukan perawatan akan cenderung menyembunyikan diri dan tidak mengupayakan pelayanan kesehatan bagi dirinya.

Tampaknya selama ini pemberian informasi mengenai Covid-19 telah dijalankan secara cukup proporsional dan meluas, terlihat dari banyaknya masyarakat yang menjalankan pencegahan serta tidak terjadinya kepanikan. Namun memang perlu senantiasa ditangkal informasi tidak benar yang banyak berseliweran, baik yang timbul karena mis-informasi maupun apalagi kalau sengaja dilemparkan sebagai hoaks.

Jumlah penderita Covid-19 yang disebabkan virus corona diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Mei 2020, dan kemudian menurun hingga akhir Agustus mendatang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News