Semoga Tidak Ada Ketegangan Antara NU dan Muhammadiyah soal Full Day School

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi mengimbau pemerintah agar menciptakan kesejukan dalam menghadapi tahun ajaran baru.
Apalagi, di kalangan masyarakat kecurigaan di antara dua unsur kekuatan umat Islam Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU sangat terasa terkait wacana lima hari sekolah yang kondang full day school.
"Kalau mau jujur, saling curiga antara NU dan Muhammadiyah sangat terasa terutama di kalangan bawah," kata Zainut saat dihubungi, Minggu (2/7).
Di kalangan elite, lanjutnya, mungkin bisa memahami kebijakan lima hari sekolah. Selain itu, kalangan elite juga tidak begitu merasakan sikap salin curiga di masyarakat bawah soal full day school.
Namun, kalangan bawah saling mencurigai bahwa ada maksud terselubung di balik kebijakan tersebut. Sebab, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah.
"Yang dari NU curiga ini ada rekayasa dari Muhammadiyah karena tidak protes dengan lima hari sekolah. Demikian sebaliknya dari Muhammadiyah curiga ada maksud tertentu NU karena getol menolak program Mendikbud," tuturnya.
Untuk menghilangkan rasa curiga, lanjutnya, pemerintah memang harus menyatukan ormas serta pihak-pihak terkait. Dengan demikian kebijakan yang digulirkan bisa mengaver seluruh kepentingan masyarakat.(esy/jpnn)
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi mengimbau pemerintah agar menciptakan kesejukan dalam menghadapi tahun ajaran
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- MUI Dukung Kejagung Membongkar Habis Mafia Peradilan
- Muhammadiyah-Polres Tanjung Priok Perkuat Sinergi Jaga Kamtibmas dan Kegiatan Keagamaan
- Pengacara Terlibat Suap Rp 60 Miliar, Muhammadiyah: Perilaku yang Mencoreng Profesi
- MOSAIC & Muhammadiyah Bahas Potensi Penggunaan Dana ZIS untuk Transisi Energi
- Dukung Kamtibmas, MUI Jakut Apresiasi Kinerja Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- Soal Polemik Soeharto Pahlawan, Ketum Muhammadiyah Singgung Bung Karno hingga Buya Hamka