Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto

Pak Harto pun mulai menyusun strategi. Pada pertengahan Februari 1949, dia memerintahkan penyerangan pendahuluan terhadap pos-pos Belanda di luar Kota Yogya sebagai upaya pengecohan.
“… seolah-olah kita tidak akan menyerang kota. Dengan begitu, kita buat mereka lengah,” tutur Pak Harto dalam buku terbitan 1989 itu.
Selanjutnya, Soeharto sebagai komandan Wehrkreise III memerintahkan pasukannya bersiap untuk serangan umum. Tokoh asal Dusun Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, itu menentukan waktu serangannya; 1 Maret 1949 pagi.
Pak Harto juga memerintahkan pasukannya menggunakan janur kuning sebagai tanda pengenal. Dia menekankan tujuan serangan itu bukan untuk menduduki, melainkan demi maksud politis.
Serangan itu juga harus dilakukan secara mendadak sebagai unsur penting yang bisa membuahkan kemenangan. Soeharto berencana memimpin serangan dari arah barat, yakni melalui Kuncen, lalu bergerak ke Pathuk.
“Saya rahasiakan rencana ini. Tidak boleh bocor,” tuturnya.
Sehari sebelum SU 1 Maret, Soeharto dan pasukannya telah berhasil menyusup ke dalam Kota Yogyakarta. Pada pagi hari sebelum serangan dimulai, TNI sudah berada di depan pertahanan Belanda.
Saat Belanda membunyikan sirene akhir jam malam pada 1 Maret 1949 pukul 06.00 WIB, suara tembakan bergemuruh di seluruh penjuru Kota Yogyakarta. “Belanda kaget,” ujar Pak Harto.
Menurut Seoharto, Serangan Umum 1 Maret 1949 sangat berpengaruh di dunia internasional.
- tiket.com Ajak Menjelajahi Sejarah, Budaya Hingga Kuliner Manila
- Wacana Gelar Pahlawan untuk Pak Harto dan Bagaimana Menyikapinya
- Soal Polemik Soeharto Pahlawan, Ketum Muhammadiyah Singgung Bung Karno hingga Buya Hamka
- Muncul Penolakan Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional, Mensos Merespons Begini
- Pernyataan Terbaru Mensos soal Soeharto Pahlawan Nasional
- Soeharto Memenuhi Kriteria Jadi Pahlawan Nasional, tetapi Terganjal Hal Ini