Sesalkan Terhadap Kekerasan Wartawan

Sesalkan Terhadap Kekerasan Wartawan
David T Hill. Guru Besar Universitas Murdoch Australia Prof DR David T Hill, LPDS, dan Dewan Pers, bersama sebagian peserta lokakarya.
JAKARTA - Guru Besar Universitas Murdoch Australia Prof DR David T Hill mengungkapkan, setidaknya ada enam poin perkembangan pers di Indonesia yang patut disoroti. Keenam persoalan di era reformasi ini sangat mencolok, terutama bila di banding rezim orde baru.

”Saya melihat kok masih ada kekerasan terhadap wartawan. Banyak orang beranggapan, habis rezim hapus pula kekerasan, hanya saja kekerasan yang terjadi sekarang bentuknya berubah menjadi intimidasi. Wartawan ditakut-takuti dan dihalang-halangi dalam menjalankan tugas kejurnalistikannya,” papar Hill dihadapan puluhan wartawan nasional dan lokal di Lokakarya LPDS, Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (25/2).

Dia khawatir, insiden-insiden kekerasan terhadap media massa masih terus berlangsung. ”Kita perhatikan, wartawan dalam menjalankan tugas kejurnalistikannya masih sering berhadapan dengan preman, demonstran, separatisme. Itu semua tidak menciptakan tumbuh suburnya media,” cetusnya.

Persoalan lain, lanjut Hill, hubungan 'terlarang' antara partai politik (parpol) dan media di Indonesia terkadang tidak berdampak positif. ”Memang di Indonesia proses demokrasi sudah bergulir, sehingga kemerdekaan pers mulai dirasakan. Tapi saya lihat di Indonesia tidak sedikit pula parpol punya koran dan punya jaringan media. Dalam dunia liberal, parpol punya media boleh saja, tapi nanti media yang terlalu sektarian tidak akan didukung dan tidak dipercaya oleh masyarakat. Sebaliknya, pengaruh parpol terhadap media patut ditakuti atau dikhawatirkan. Sebenarnya, media milik parpol tidak terlalu berbahaya karena sudah jelas misinya, yang paling dikhawatirkan malah media yang bukan resmi milik parpol tapi bisa 'diperalat' parpol,” tukasnya.

JAKARTA - Guru Besar Universitas Murdoch Australia Prof DR David T Hill mengungkapkan, setidaknya ada enam poin perkembangan pers di Indonesia yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News