Shell Dipersilakan Meningggalkan Blok Masela

Shell Dipersilakan Meningggalkan Blok Masela
Suasana diskusi Webinar bertema “Shell Hengkang, Mau Ke Mana Pengelolaan Blok Masela” yang digelar Universitas Pattimura Ambon bersama Archipelago Solidarity Foundation di Jakarta, Selasa (11/8/2020). Foto: Panitia Webimar

Sementara itu, Rektor Universitas Pattimura, M.J. Saptenno, mengingatkan, kalau pengelolaan Blok Masela harus memastikan memiliki dampak nyata bagi kesejahteraan rakyat. Menurutnya, kilang darat Blok Masela baru sebatas keputusan politik, sehingga membutuhkan payung hukum yang menjadi dasar yang kuat, misalnya berupa peraturan presiden atau keputusan presiden.

Dia mengharapkan semua pihak untuk bersama-sama sehingga memastikan pengelolaan Sumber Daya Alam di Maluku dapat berjalan baik. “Bagaimanapun kesejahteraan rakyat itu yang paling penting,” tegasnya.

Jeffrey Malaiholo mengatakan, sebenarnya investor pergi dan tinggal itu merupakan hal biasa dalam bisnis Migas. Namun, Jeffrey mengingatkan, kalau Shell benar-benar pergi, dapat saja digantikan perusahaan lain. Bahkan, katanya, pemerintah memiliki kemamppuan untuk membuat skema pembiayaan.

Untuk itu, kata Jeffrey, keinginan Shell buakn sesuatu yang harus dikhawatirkan karena banyak pihak yang mungkin mau menggantikan posisinya. “Pemerintah dapat buat skema pembiayaan. Jadi jangan terlalu khawatir,” tegasnya.

Sementara itu, Yoga Suprapto menegaskan, tidak ada hubungan hengkangnya Shell antara skema darat atau laut, karena lebih didasarkan pada problematika Prelude FLNG dan situasi pasar LNG dan lesunya ekonomi Dunia 5 – 10 Tahun mendatang.

Menurutnya, hengkangnya Shell karena kerugian dan masalah FLNG Prelude, persaingan antara proyek LNG dan ekonomi dunia menuju resesi karena Covid-19.

Bahkan, Yoga mengatakan, Shell harus berterima kasih karena kilang dipindahkan ke darat, karena Indonesia menyelamatkan dari potensi kerugian US$ 10 Milyar, dan berbagai masalah teknis di Prelude FLNG.

“Shell sebenarnya faktor penting dalam pengelolaan Blok Masela dalam pendanaan, penjamin, dan pengalaman di LNG. Tetapi, tanpa Shell bukan berarti kiamat. Indonesia memiliki pengalaman LNG darat dan memiliki dukungan SDM. Indonesia memiliki kemampuan. Bahkan, Inpex-Indonesia juga dapat saja mengelola Blok Masela. Saya yakin, kalau Shell pergi aka nada pengganti dan setara,” tegas Yoga yang berpengalaman dalam pengelolaan LNG darat ini.

Keinginan Shell untuk hengkang dari Blok Masela dianggap merupakan sikap tidak serius untuk mengembangkan Blok Masela.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News