Single Image

Oleh: Dahlan Iskan

Single Image
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya merenung agak panjang selesai menonton itu. Bagaimana bisa seseorang mengunggah single image seperti itu. Ini dunia baru media. Saya tidak kenal sama sekali yang seperti itu.

Nama pengunggahnya Yogyasmoro. Itu nama di YouTube. Entah siapa aslinya. Di pojok kiri atas terlihat logo gedung abstrak beratap merah. Ada gambar bendera berkibar di atas atap itu. Lalu ada tulisan Police di bagian bawah gambar gedung.

Seorang wartawan beneran tidak akan bisa bersaing dengan model media seperti itu. Jangankan informasi sampai ke soal nangis di pundak, wartawan tidak bisa dapat keterangan yang paling sepele sekalipun: di mana HP milik si sopir.

Kalau itu memang karya fiksi mengapa begitu miripnya. Kalau itu bukan fiksi, dia/ia harus mendapat hadiah jurnalistik Adinegoro.

Berarti pembuat single image itu mendapat informasi dari sumber terdekat dengan peristiwa itu. Ia/dia adalah bagian dari orang dalam.

Akan tetapi Yogyasmoro menegaskan itu fiksi. Judulnya: Tamatnya Karir Sang Jenderal Polisi.

Bisakah karya seperti itu dituntut? Tentu. Karya apa pun bisa dituntut. Tetapi siapa yang akan menuntut?

Tentu pihak yang merasa dirugikan. Siapa yang dirugikan?

Namanya bukan Ferdy Sambo, tetapi satu kata: Fembo. Ia punya istri bukan bernama drg Putri Candrawathi, tetapi namanyi juga satu kata: Aswati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News