Siswa Paling tak Suka Mapel Sejarah Dipaparkan Guru, Lantas Disuruh Menghafal

Siswa Paling tak Suka Mapel Sejarah Dipaparkan Guru, Lantas Disuruh Menghafal
Siswa SMA sederajat, peserta Lasenas Medan antusias belajar sejarah lewat diskusi. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, MEDAN - Mata pelajaran sejarah bisa menjadi menyenangkan bila caranya dibuat menarik. Menurut Mozes Sosa, praktisi pendidikan, sejarah harus diajarkan secara kekinian. Tidak perlu menggunakan teknologi canggih tapi bisa dengan simulasi, diskusi, fotografi, public speaking.

"Guru harus kreatif. Anak-anak sekarang mana mau menghafal? Makanya ajari sejarah dengan memberikan mereka stimulus seperti ajak diskusi, motret lokasi sejarah," ujar Mozes di sela-sela rangkaian lawatan sejarah nasional (Lasenas) ke-17 di Medan, Rabu (10/7).

Mozes menila, lewat Lasenas sangat kelihatan siswa sebenarnya menyukai sejarah. Itu dilihat dari antusiasme siswa ketika diajak membahas sejarah masa lampau. Mereka juga sangat tertarik ketika melihat tempat-tempat bersejarah.

"Yang bagusnya, mereka diajarkan teori lewat diskusi dan simulasi. Setelah itu ajak mereka melihat langsung tempat-tempat bersejarah. Agar anak-anak ini makin kenal sejarahnya, mereka bisa mengambil foto dan buat tulisan," bebernya.

Wa Ode Suci, siswa SMA 4 Kendari mengaku senang mempelajari sejarah setelah mengikuti lawatan sejarah daerah (Laseda). Berkat tulisannya Laki Lapontoh Sang Pemersatu, Suci bisa terpilih ikut Lasenas.

BACA JUGA: Lasenas ke-17 di Medan, Cara Kreatif agar Siswa Tidak Melupakan Sejarah

"Saya ingin membawa sejarah Sulawesi Tenggara khusus Kendari di tingkat nasional. Apalagi banyak yang tidak mengetahui soal Kendari," ucapnya.

Menurut Suci, dengan pembelajaran interaktif, siswa akan mencintai mapel sejarah. Siswa paling tidak suka sejarah dipaparkan oleh guru kemudian disuruh menghafal.

Dari acara Lasenas, terlihat bahwa siswa paling tidak suka sejarah dipaparkan oleh guru kemudian disuruh menghafal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News