Soal Kenaikan ULN Indonesia, Ekonom: Hati-hati Jebakan Utang

Soal Kenaikan ULN Indonesia, Ekonom: Hati-hati Jebakan Utang
Ekonom mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait makin besarnya angka utang luar negeri (ULN) Indonesia.. Foto/ilustrasi: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

Kondisi ini, lanjut dia, akan mempengaruhi ruang fiskal karena total beban bunga utang cukup tinggi dari tahun ke tahun.

"Sementara tidak sejalan dari rasio pajak yang menurun. Padahal salah satu cara menaikkan kemampuan bayar utang ya lewat kenaikan penerimaan pajak," papar Bhima.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar USD 422,6 miliar atau tumbuh 4 persen (yoy) pada Februari 2021.

Erwin menjelaskan, pertumbuhan ULN bertumbuh seiring upaya penanganan dampak pandemi Covid-19 sejak 2020. Di samping itu, akselerasi program vaksinasi serta perlindungan sosial pada triwulan I-2021. Peningkatan utang ini, lanjut Erwin, untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021 melalui pendanaan dari dalam dan luar negeri.

"Pemerintah tetap mengutamakan utang tenor menengah-panjang dan pengelolaan portofolio utang secara aktif untuk mengendalikan biaya dan risiko," beber dia.

Erwin memerinci, pemanfaatan ULN juga untuk mendukung belanja prioritas seperti sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,7 persen dari total), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor konstruksi (15,3 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (12,7 persen).


"Posisi utang luar negeri pemerintah pada Februari 2021 mencapai USD 209,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar USD 210,8 miliar," kata dia. Sementara itu, Erwin mengatakan ULN swasta tetap didominasi utang jangka panjang dengan pertumbuhan mencapai 3,4 persen, meningkat dibandingkan dengan Januari 2021 sebesar 2,5 persen.

Erwin menyebut, perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 5,9 persen. Angka itu, sambung dia, lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 5,1 persen. "Antara lain karena adanya penerbitan global bond korporasi di sektor pertambangan," ujar Erwin. (mcr10/jpnn)

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhimas Yudhistira mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait makin besarnya angka utang luar negeri (ULN) Indonesia.


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News