Solek Cleopatra
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Saya sudah ke Tiongkok di tahun 1986. Ketika masih sangat miskin. Belum tentu ada satu mobil lewat di Beijing setelah Anda berdiri lima menit di pinggir jalan.
Juga masih amat kotor. Masih ada boiler dan tumpukan batu bara di halaman hotel kumuh.
Akan tetapi saat itu saya sudah mulai melihat banyak '"salon kecantikan'' menjamur di sepanjang trotoar pinggir jalan. Para ''pengusaha salon'' itu hanya bermodal baskom, air di ember, dingklik pendek, dan sampo.
Wanita-wanita muda duduk di dingklik itu. Cuci rambut. Creambath. Di trotoar.
Sejak itu saya sering ke Tiongkok. Saya saksikan cepatnya pembangunan di sana. Sampai sekarang. Ketika salon-salon kelas dunia menggantikan baskom di pinggir jalan itu.
Saya mendarat di Addis Ababa ketika ibu kota Ethiopia ini sudah giat-giatnya bersolek. Trotoarnya dibuat lebar-lebar. Hampir tidak ada lagi gedung lama yang jelek.
Pencakar langit bertumbuhan. Taman-taman kota dibangun. Lampu penerangan gemerlapan –tarif listrik memang murah di sini.
Pokoknya Addis Ababa bukan seperti Afrika yang kita kenal. Saya minta diputarkan sebanyak-banyaknya keliling kot. Jangan-jangan ada kekumuhan di balik gedung-gedung baru itu.