Solek Cleopatra

Oleh: Dahlan Iskan

Solek Cleopatra
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Bahwa kampung ini sudah disebut China Town ternyata karena ada satu restoran bernama China Town –terjemahan dari nama aslinya: Hotel Pecinan.

Kami makan malam di situ. Panci panas. Hot pot. Khas Sichuan. Tentu kami minta jangan pakai ma-la –yang pedasnya sampai bisa membuat bibir mati rasa.

Hanya meja kami yang orang-orang Indonesia. Lima meja sebelah kami penuh orang-orang Tionghoa.

Saya tanya meja terdekat: pendatang dari Sichuan. Pun meja satunya. Dan satunya lagi. Sedang meja besar penuh wanita muda itu berasal dari Beijing.

Tentu Addis Ababa tidak bisa dikatakan mewakili kondisi Ethiopia keseluruhan. Saya masih harus melihat provinsi yang jauh di pedalaman.

Keesokan harinya saya akan terbang ke provinsi terjauh di utara. Juga salah satu yang termiskin: Tigray. Apakah geliat pembangunan juga sudah sampai di sana.

Di Addis Ababa saya juga mengamati wanitanya. Rasanya wanita Ethiopia juga tidak seperti wanita Afrika pada umumnya. Lebih cantik. Lebih anggun.

Saya pun ingat-ingat: baru dua hari berpisah dengan istri. Kadang pandangan tentang kecantikan juga tergantung pada sudah berapa lama tidak melihat istri.

Ruteng dan Bajawa mengubah pikiran saya tentang Flores. Addis Ababa mengubah kesan saya tentang Afrika.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News