Suara Pemilih Milenial di Pilpres 2019 Dianggap Krusial

Suara Pemilih Milenial di Pilpres 2019 Dianggap Krusial
Pemilu 2019. Foto ilustrasi: batampos/jpg

Jika merujuk hal diatas, pemilih milenial memang cenderung masuk pada kelompok apatis. Namun demikian, apatisme pemilih milenial disini bukanlah apatis yang buta dan skeptis pemikiran.

"Pemilih milenial lebih tepat disebut sebagai kelompok 'apatis yang kritis'. Mereka lebih suka berpartisipasi dalam bentuk non-konvensional, karena bagi mereka makna partisipasi politik tidak hanya dalam arena pemilu," jelas Asep. 

Dia juga menambahkan, generasi milenial tidak serta merta menggunakan hak pilihnya terhadap calon pemimpin yang sesuai dengan generasinya. 

"Generasi milenial lebih memilih pemimpin yang memiliki kredibilitas, memiliki visi masa depan Indonesia, sederhana, jujur dan dicintai rakyat, memiliki kapabilitas serta tentunya akan memilih pemimpin yang sudah terbukti bekerja dan berprestasi," tukasnya.

"Acara ini salah satunya adalah untuk memberikan pendidikan politik, pemahaman tentang demokrasi dengan kaitannya pemilu 2019 nanti. Penggunaan hak politik generasi muda dengan sehat dan cerdas serta memberikan ruang terhadap generasi-generasi milenial untuk memberikan dukungan terkait pemilu 2019 yang aman, damai, dan sejuk," sambungnya. (mg7/jpnn)


Dalam konteks politik, suara pemilih milenial dalam Daftar Pemilih Tetap KPU proporsinya sekitar 34,2 persen dari total 152 juta pemilih.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News