Sulitnya Menggulirkan Program Konversi Gas Elpiji di Tarakan

Harga Rp 40 Ribu Per Tabung, Warga Enggan Pakai Elpiji 3 Kilogram

Sulitnya Menggulirkan Program Konversi Gas Elpiji di Tarakan
Sulitnya Menggulirkan Program Konversi Gas Elpiji di Tarakan

jpnn.com - TARAKAN - Program konversi minyak tanah (mitan) ke gas elpiji kemasan 3 kilogram (gas melon) tidak berjalan mulus di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Karena itu, pada April lalu Pertamina mengembalikan kuota minyak tanah Kota Tarakan ke posisi semula. Yakni, 53 ribu liter per hari.

Belakangan, program konversi itu digulirkan kembali. Indikasinya, sejak 1 November kuota minyak tanah untuk Tarakan turun menjadi 23 ribu liter per hari. Itu berarti berkurang 30 ribu liter. Bersamaan dengan itu, pemerintah menambah pasokan gas elpiji kemasan 3 kilogram hingga 7.000 tabung.

Namun, animo konsumen terhadap elpiji 3 kilogram diprediksi tidak berubah dan tetap rendah. Penyebabnya, harga jual tabung elpiji 3 kilogram mencapai dua kali lipat dari harga normal, sekitar Rp 40 ribu per tabung.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disperindagkop-UMKM) Tarakan menyatakan telah mengomunikasikan hal tersebut dengan Pertamina Tarakan, agen, dan penyalur. ''Kami juga terus memantau perkembangan di masyarakat,'' kata Kepala Disperindagkop-UMKM Kota Tarakan Subono Samsudi.

Menurut dia, kondisi saat ini jauh berbeda dengan saat program konversi mitan ke elpiji kali pertama digulirkan di Tarakan pada 2012. Saat itu ketersediaan isi ulang elpiji 3 kilogram hanya 10 persen dari kebutuhan masyarakat yang mencapai 35 ribu tabung.

''Pada April lalu kuota mitan untuk Tarakan ditambah hingga 53 ribu liter. Belakangan, kuota itu dianggap terlalu besar. Jadi, secara bertahap, kuotanya dikurangi,'' tuturnya.

Subono menambahkan, suplai elpiji 3 kilogram ke Tarakan saat ini lancar. Ada dua pengusaha yang mengangkut elpiji jenis tersebut dari Balikpapan. Ketersediannya juga dianggap cukup.

Disperindagkop-UMKM, lanjut dia, juga memperjuangkan pembangunan sentral pengisian bahan bakar elpiji (SPBE). Tujuannya, mengatasi tingginya harga jual elpiji 3 kilogram di Tarakan. Perusda (perusahaan daerah) yang diharapkan mengelola SPBE telah mengusahakannya bersama mitra kerja. Menurut rencana, SPBE dibangun di Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara.

Disperindagkop-UMKM juga berusaha mengurai problem teknis yang memengaruhi harga jual elpiji 3 kilogram. Yakni, biaya transportasi dari pos pengisian elpiji di Balikpapan ke Tarakan. Biaya itu sepenuhnya ditanggung konsumen tanpa subsidi dari pemkot. Padahal, masih ada biaya bongkar muat di pelabuhan dan biaya angkut ke distributor. ''Pembangunan SPBE di Tarakan sangat mendesak. Kami berharap Pertamina membantu. Apalagi, Tarakan kan wilayah perbatasan,'' katanya.

Idris, salah seorang penyuplai elpiji 3 kilogram dari Balikpapan, mengungkapkan bahwa transportasi dari pos pengisian di Balikpapan ke Tarakan cukup jauh. ''Bisnis elpiji tak semudah yang dibayangkan. Sangat berisiko. Lamanya bongkar muat di pelabuhan juga menambah biaya operasional. Kalau kami tidak didukung penyesuaian HET (harga eceran tertinggi, Red), bisa jadi kami menghentikan bisnis ini,'' jelasnya.

Hamidah, warga Karang Anyar, menyatakan mau saja menggunakan elpiji 3 kilogram, asal harganya terjangkau dan mendapatkannya mudah. ''Selama ini saya terbiasa menggunakan minyak tanah meski kadang harus antre berjam-jam untuk menukarkan kupon yang dibagikan ketua RT,'' ucapnya.

Ibu rumah tangga itu juga masih menyimpan tabung dan kompor gas dari program konversi April lalu. Namun, dia enggan menggunakannya. ''Saya pernah pakai elpiji, tapi sekarang tidak lagi. Sebab, saat gas habis, dibutuhkan waktu lama untuk dapat lagi. Bagaimana saya masak di rumah kalau begitu,'' ujarnya. (dsh/ ndy/JPNN/c14/soe)


TARAKAN - Program konversi minyak tanah (mitan) ke gas elpiji kemasan 3 kilogram (gas melon) tidak berjalan mulus di Tarakan, Kalimantan Utara


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News