Sungguh Menyejukkan, Mereka Membagi Takjil di Depan Klenteng

Sungguh Menyejukkan, Mereka Membagi Takjil di Depan Klenteng
TOLERANSI: Pembagian takjil di depan Klenteng Eng An Kiong, Malang, Senin lalu (12/6). Foto: CANDRA KURNIA/Jawa Pos

Di masa kepresidenannya yang tergolong singkat, Gus Dur memang meninggalkan banyak warisan berharga bagi harmoni Indonesia.

Di antaranya adalah mencabut larangan perayaan Imlek yang tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967.

Bersamaan dengan dicabutnya inpres tersebut, Khonghucu juga diakui sebagai salah satu agama resmi.

Tetap kukuh berdirinya Kelenteng Eng An Kiong juga bukti penghormatan warga Malang terhadap keberagaman di kota mereka.

Itu pula sebabnya, meski banyak isu sektarianisme berseliweran di berbagai tempat, Kota Dingin tersebut tetap adem.

Kebetulan Kelenteng Eng An Kiong yang berdiri tepat di perempatan jalan itu juga diyakini bertujuan menolak bala.

”Seperti namanya, Eng berarti abadi, An adalah keselamatan, dan Kiong berarti istana. Jadi, kelenteng ini berarti Istana Keselamatan yang Abadi. Dengan cara apa? Dengan menebar kebajikan,” papar Anton. (*/c9/ttg)


Sebuah kelenteng di Kota Malang, Jatim, ini setiap Ramadan menggelar beragam kegiatan sosial sebagai bentuk penghormatan. Juga mengelola puskesmas


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News