SWI dan IPR Luncurkan Studi Indeks Daur Ulang Plastik

SWI dan IPR Luncurkan Studi Indeks Daur Ulang Plastik
Ketua Umum Indonesian Plastics Recyclers Ahmad Nuzuluddin (kedua dari kanan), Director, Co-Founder, Senior Specialist, Sustainable Waste Indonesia Dini Trisyanti (kiri) mempresentasikan hasil studi dalam sesi paparan dalam acara Diseminasi Riset Tingkat Daur Ulang Plastik di Indonesia, yang berlangsung pada 29 April 2025 di Menara Caraka, Jakarta Selatan. Foto: Source for JPNN.com

“Kami percaya data yang akurat sangat krusial untuk memahami kondisi nyata di lapangan dan menjadi dasar bagi kebijakan yang lebih tepat. Studi ini menunjukkan kontribusi daur ulang plastik dalam produksi resin plastik mencapai 19% dengan total nilai ekonomi mulai dari pengumpulan, agregasi hingga daur ulang plastik setidaknya mencapai Rp 19 triliun/tahun. Melihat dampak perekonomian dan pentingnya peran daur ulang plastik dalam pengelolaan sampah, diperlukan kolaborasi aktif lintas sektor—termasuk edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber, transparansi pelaporan daur ulang secara nasional, serta inovasi teknologi untuk mendorong daur ulang plastik,” kata Director dari SWI dan peneliti utama Dini Trisyanti.

Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup Ade Palguna Ruteka mengapresiasi hadirnya studi ini sebagai bentuk kontribusi nyata dari sektor non-pemerintah.

Dia menilai bahwa studi yang dijalankan oleh SWI tidak hanya melengkapi upaya yang telah dilakukan pemerintah, tetapi juga memberikan wawasan tambahan melalui hasil identifikasi dan analisa yang komprehensif. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemangku kepentingan sebagai kunci untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkelanjutan.

“Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menargetkan penyelesaian 100 persen permasalahan sampah pada tahun 2029. Untuk mencapai target ambisius tersebut, telah disiapkan berbagai strategi pengurangan dan penanganan sampah, termasuk mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam sistem daur ulang serta mendorong produsen untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR). Tentunya, target ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari seluruh sektor,” kata Ade.

Inisiatif pengelolaan sampah telah berkembang di berbagai sektor, namun diperlukan kolaborasi dan sinergi lintas lembaga dan sektor untuk mengintegrasikan seluruh upaya tersebut dalam bentuk konkret. Beberapa di antaranya adalah keterbukaan data dan insentif kebijakan, baik fiskal maupun regulasi, yang akan sangat menentukan kemajuan industri daur ulang.

Diskusi ini juga turut dihadiri beberapa perwakilan dari industri yang menghasilkan produk dengan kemasan berbahan plastik, di antaranya Unilever Indonesia, Nestle Indonesia dan AQUA. Ketiganya menegaskan komitmennya untuk mengambil peran aktif dalam menangani sampah plastik di seluruh rantai bisnisnya.

Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi menyampaikan perusahaan terus berkomitmen untuk mengambil peran aktif dalam menangani sampah plastik di seluruh rantai nilai bisnisnya.

Unilever Indonesia memiliki fokus yang kuat, jelas, terukur, dan sejalan dengan program pemerintah dalam hal pengurangan serta pengelolaan sampah plastik. Pada tahun 2024, Unilever Indonesia telah mengumpulkan dan mengelola 90,000 ton sampah plastik, lebih banyak dari yang digunakan untuk menjual produk-produknya. Upaya ini dicapai melalui jaringan bank sampah binaan, pengepul, TPS3R, dan Refuse-Derived Fuel (RDF).

Sustainable Waste Indonesia (SWI) bersama IPR meluncurkan hasil studi RRI yang menghadirkan data terkini tentang capaian daur ulang sampah plastik.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News