Tabah 65 Atm

Oleh: Dahlan Iskan

Tabah 65 Atm
Ilustrasi KRI Nanggala 402. Ilustrator: Rahayuning Putri Utami/JPNN.com

jpnn.com - Duka masih terus menyelimuti nusantara. Magnitude tenggelamnya kapal selam Nanggala Rabu lalu memang luar biasa.

Namun, saya salah ketika membayangkan 53 prajurit TNI-AL yang bertugas di dalam kapal itu meninggal akibat kehabisan oksigen.

Kapal itu ternyata ditemukan pecah menjadi tiga di dasar laut sedalam 838 meter. Berarti 53 prajurit tersebut meninggal jauh sebelum oksigen di kapal itu habis.

Kisah oksigen ini bermula ketika ada penjelasan bahwa persediaan oksigen di kapal itu hanya cukup untuk tiga hari. Yang berarti oksigen akan habis di hari Sabtu pukul 03.00 dini hari.

Begitu Sabtu pagi belum ada kejelasan di mana posisi Nanggala, secara matematika, mereka sudah meninggal dunia –kehabisan oksigen. Atau, begitu diketahui kapal berada di kedalaman 800 meter, maka semuanya, secara ilmiah, pasti hancur.

Namun begitu ada indikasi bahwa posisi kapal itu berada jauh di dalam laut, penyebab kematian tidak harus karena kehabisan oksigen.

Sebelum persediaan oksigen habis pun bisa terjadi apa pun. Terutama dikaitkan dengan tekanan atmosfer di dalam laut. Yang kian dalam, tekanan itu kian tinggi.

Kini semuanya jelas: kapal itu ditemukan di kedalaman laut 838 meter. Keadaannya tidak utuh lagi –terbelah menjadi tiga. Atau lebih.

Mereka tewas bersama Nanggala. Di ketentaraan ada empat kategori meninggal: gugur, tewas, hilang dalam tugas, dan meninggal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News