Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas

Tak Diawasi, Malah jadi Alat Intimidasi Petugas
AHLI - Reza Indragiri Amriel MCrim (Forpsych), Ketua Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara dan pengajar PTIK yang menekuni ilmu psikologi forensik termasuk pemeriksa kebohongan. Foto: Ridlwan/Jawa Pos.
Pupil mata yang membesar diyakini sebagai pertanda adanya proses kerja kognitif yang lebih keras di otak. "Jika pupilnya membesar, berarti ada proses berpikir pada otak yang akan disampaikan oleh lisan," jelasnya. Istilahnya, membangun skema kognitif merekayasa di otak. "Pupil mata susah berdusta," tegasnya.

Reza menolak mengomentari saat wartawan bercerita soal pupil mata Komjen Susno Duadji yang terlihat membesar saat membaca sumpahnya di depan Komisi III DPR. "Begitu ya? Wah, saya malah tidak lihat close-up-nya. Yang jelas, ini ilmiah," katanya.

Orang yang menutupi sesuatu, kata Reza, juga akan membangun "tembok" di wajahnya saat bicara. "Misalnya, mengusap hidung, menggosok-gosok dahi, mengelus-elus dagu," ucapnya.

Jadi, siapa yang paling bisa mendeteksi kebohongan? Dengan tegas Reza menyebut: ibu! "Siapa yang berani bohong pada ibu sendiri? Bahkan, pembunuh sekaliber Syam Ahmad Sanusi (desertir marinir pembunuh bos PT Asaba yang ditembak Pomal pada Agustus 2007, Red) sebelum mati dalam pengepungan masih meminta maaf kepada ibunya," ungkapnya. (*)

Lie detector (alat pendeteksi kebohongan) sempat disinggung Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri di depan Komisi III DPR ketika menjelaskan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News