Tak Puas Dipimpin Ulama, Massa Serukan Kembali ke Monarki

Tak Puas Dipimpin Ulama, Massa Serukan Kembali ke Monarki
Mahasiswa berunjuk rasa di luar Universitas Tehran. Foto: AP

jpnn.com, TEHRAN - Presiden Iran Hassan Rouhani baru buka suara Minggu (31/12) pagi. Dalam upaya mengambil hati warga yang marah, pengganti Mahmoud Ahmadinejad itu mengakui kekurangan pemerintah.

Rouhani menegaskan bahwa dirinya tahu situasi ekonomi sedang sulit dan transparansi masih kurang. Penduduk diizinkan mengkritik pemerintah.

Meski begitu, lanjutnya, demonstrasi tetap tidak boleh ricuh. Dia pun mengancam akan menindak tegas mereka yang melanggar aturan.

"Kritik tidak sama dengan kekerasan dan merusak fasilitas umum," ujarnya.

Penduduk Iran, tampaknya, tidak peduli dengan ancaman itu. Diperkirakan demo terus membesar. Massa, sepertinya, sudah geram dengan situasi perekonomian yang terus menurun.

Berdasar investigasi BBC Persia, rata-rata penduduk Iran lebih miskin 15 persen selama 10 tahun belakangan ini.

Massa menginginkan rezim ulama yang menjadi pemimpin tertinggi Iran digulingkan saja. Ironisnya, sebagian dari mereka menginginkan Iran kembali sistem monarki yang pada 1979 digulingkan para ulama melalui serangkaian aksi demonstrasi yang belakangan dikenal dengan sebutan Revolusi Islam.

Namun, massa bakal sulit mencari figur yang memimpin negeri sesuai dengan keinginan mereka. Mayoritas oposisi di Iran telah diasingkan.

Para demonstran di Iran sudah tidak mau tahu lagi. Mereka ingin rezim ulama yang sudah berkuasa selama empat dekade digulingkan

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News