Tanah Abang

Oleh: Dahlan Iskan

Tanah Abang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Sekarang diskusi untuk ide wali kota itu meluas. Banyak kota besar di Amerika menghadapi persoalan yang sama. Termasuk San Francisco di pantai barat Amerika.

Baca Juga:

Blok F Tanah Abang, kata Wanita Disway itu, masih hidup. Meski tidak bisa dikatakan hidup baru. Inilah blok untuk perdagangan partai besar.

Saya lebih diminta ke Blok A dan B. Yang hanya hidup di lantai 1,2, dan 3-nya. Sedang 4,5,6,7 masih seperti selama ini: mati. Belum ada ide bagaimana menghidupkannya.

Yang sudah ada adalah ide dari masing-masing pedagang. Agar tetap bisa hidup.

Salah satunya adalah: live streaming. Dari masing-masing toko. Saya diminta melihatnya karena menarik.

Dia sendiri sering berhenti di depan sebuah toko untuk menonton. Pemilik toko merangkap jadi presenter. Dalam hati dia ingin meniru. Untuk melariskan dagangan. Tetapi belum pede.

Banyak toko yang melengkapi diri dengan kamera, lampu sorot, dan tiang penyangga handphone. Atau cukup lampu sorot dan tiang ponsel.

Lalu pemilik toko bicara sendiri di depan handphone. Sambil memeragakan pakaian yang dijual. Harus mejeng. Ganti-ganti gaya.

Tanah Abang akan menjadi saksi akan menjadi apa kelak, ketika perdagangan model lama dibunuh oleh perdagangan online.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News