Tekanan Rupiah beda Dengan Krismon 98, HT: Harus Cepat Direm

Sementara itu, untuk jangka menengah, devisa harus kuat, untuk itu ekspor harus naik. Impor harus dikurangi. Selain itu, mendorong investasi langsung alias foreign direct investment (FDI) dari luar negeri di zona ekonomi khusus.
HT juga menyampaikan saat perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat sedang berlangsung, Indonesia bisa mendekati perusahan-perusahaan yang berada di Tiongkok untuk investasi di Indonesia.
Selain itu, untuk menambah devisa pemerintah bisa menggenjot pariwisata. Di mana saat ini baru 14 juta wisatawan asing berkunjung ke Indonesia tiap tahunnya. Bila bisa seperti Thailand yang jumlah wisatawannya sekitar 30 juta orang, ada sekitar Rp300 triliun uang yang akan masuk ke Indonesia setiap tahunnya.
Ketiga, yaitu langkah jangka panjang, di mana masyarakat bawah harus dibangun dengan keberpihakan menjadi masyarakat produktif, para pencipta lapangan kerja baru, dan pembayar pajak baru.
Caranya, dengan memberikan perlakuan khusus, seperti dana murah dengan akses mudah, pendampingan, pelatihan dan proteksi agar mereka bisa tumbuh lebih cepat.
"Semua itu hanya bisa dilakukan dengan kebijakan," kata HT.(chi/jpnn)
Menurut HT kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak bisa disamakan dengan dengan krisis moneter yang terjadi pada 1998.
Redaktur & Reporter : Yessy
- Tak Risau, Sri Mulyani Sebut Rupiah Sejalan dengan Perekonomian Domestik
- Rupiah Ditutup Menguat Jadi Sebegini
- Rupiah Berpeluang Menguat Lagi Hari Ini, Begini Kata Analis
- Rupiah Mulai Bangkit, Akankah Terus Berlanjut?
- Gawat, Kurs Rupiah Hari Ini Melemah Lagi, jadi Rp 16.911 Per USD
- Ekonom Sebut Indonesia Punya Penyangga Kuat di Tengah Gejolak Pasar Global