Terancam, Warga Tangsel Desak Perlintasan KA Liar Ditutup

Terancam, Warga Tangsel Desak Perlintasan KA Liar Ditutup
Mbah Simen menjadi orang pertama yang menjaga perlintasan KA di Jalan Raya Wonoasri. Foto: R.Bagus Rahadi/Radar Madiun/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Warga Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mendesak pemerintah daerah setempat menutup sejumlah perlintasan liar kereta api (KA) yang masih beroperasi di wilayah tersebut. Pasalnya, perlintasan KA itu tak berpalang dan berulang kali menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Namun, penutupan lokasi tersebut terkendala karena masalah kebijakan.

Seperti diungkapkan Durul Rojik, warga Kelurahan Pondok Ranji yang mengatakan penutupan terhadap perlintasan tak resmi di Kampung Pladen secepatnya dilakukan Dinas Perhubungan (Dishub) Tangsel. Sebab, keberadaan perlintasan ini telah menyebabkan banyak pengendara meninggal dunia akibat dihantam gerbong KRL milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang sedang melintas. Kecelakaan itu diakibatkan karena tak adanya palang pintu atau petugas penjaga pintu perlintasan ini.

"Kami di sini minta perlintasan Pladen ditutup. Soalnya perlintasan itu merupakan perlintasan liar. Pemkot jangan tutup mata dengan masalah ini, soalnya sudah banyak menelan korban jiwa," katanya saat ditemui disekitar perlintasan Pladen, Selasa (25/12). Diakui, dalam dua tahun terakhir kasus kecelakaan di perlintasan Pladen mencapai 14 kejadian.

Dalam kasus itu 12 pengendara dan pejalan kaki tewas dihantam gerbong kereta yang melintas. Dan yang paling membuat warga sekitar terkejut terkait kecelakaan mobil Daihatsu Terios pada Sabtu (13/01) dini hari yang menyebabkan dua penumpang tewas dan satu kritis.

"Tidak ada yang pernah selamat kalau mencoba menerobos palang perlintasan liar ini. Selama dua tahun terakhir memang banyak kecelakaan di perlintasan Pladen. Waktu kecelakaan mobil Terios ini semua warga kaget, karena suara hantaman KRL ke mobil itu mirip bom," paparnya.

Senada diutarakan Hafiudin yang berdomisili di kawasan Serpong. Kata dia, kasus kecelakaan pengendara diantam gerbong KRL kerap terjadi di perlintasan liar di Kampung Rawa Buntu. Perlintasan sebidang ini pun tak memiliki palang pintu serta petugas. Bahkan peringatan terhadap KRL yang melintas pun tak ada di perlintasan tersebut. "Tidak ada yang jaga, sekalipun ada yang berjaga hanya warga sekitar. Sudah lama perlintasan sebidang ini beroperasi. Jaraknya tidak jauh dari Stasiun Rawa Buntu," ungkapnya.

Menurutnya, seringnya kasus kecelakaan di perlintasan liar ini terjadi karena beberapa hal. Yakni, sebagai jalur alternatif warga untuk menuju Jalan Raya Rawa Buntu ke Jalan Ciater Raya. Sehingga tak pelak aksi trobos oleh pengendara motor di perlintasan KRL ini terjadi.

"Lantaran lebih cepat aksesnya menuju ke beberapa tempat. Kalau lewat fly over harus muter dulu. Mungkin kalau perlintasannya ditutup maka tidak akan ada lagi pemgendara yang melintas," ujar Hafiudin.

Warga Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mendesak pemerintah daerah setempat menutup sejumlah perlintasan liar kereta api (KA)

Sumber Indopos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News