Terapis Anak Berkebutuhan Khusus itu Shock saat Sadari Anak Pertama Autis

Terapis Anak Berkebutuhan Khusus itu Shock saat Sadari Anak Pertama Autis
BUTUH KESABARAN: Tri Gunadi bersama istri, Anggita Yuliastuti, menemani si bungsu Verrin bermain di Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet, Cilandak. (Dian Wahyudi/Jawa Pos)

Autisme pada anak memang tidak lepas dari faktor genetis. Namun, faktor keturunan itu tidak akan muncul kalau tidak ada pemicunya. Pencetus utamanya adalah kandungan logam berat beracun yang tinggi di dalam tubuh. Pemicu lainnya berupa virus, kuman, jamur, atau zat alergen. 

Autisme sebenarnya sudah bisa dideteksi pada anak di bawah usia tiga tahun. Secara sederhana, deteksi bisa dilakukan lewat ajakan bermain cilukba. Jika anak belum bisa merespons ajakan bermain di usia tersebut, indikasi awal bahwa anak potensial autis sudah bisa ditangkap. 

”Jadi, nggak mungkin anak empat tahun tiba-tiba autis,” jelas Gunadi. 

Seperti halnya dengan deteksi yang bisa dilakukan sejak dini itu, penanganan untuk anak autis juga harus sejak dini. Sebab, jika tidak, gangguan perkembangan pada anak bisa melekat selamanya. Fisiknya bisa tetap tumbuh normal, tapi isi otaknya relatif kosong.

”Bahkan, jika tidak mendapat penanganan yang serius, autisme sangat berpeluang mengarah ke skizofrenia (gangguan jiwa, Red),” kata bapak tiga anak tersebut.

Dia menyadari bahwa ada beban berat bagi orang tua ketika memiliki anak autis. Bukan hanya soal keterlibatan mereka dalam proses terapi si anak, tapi juga terkait dengan faktor eksternal. Yaitu, belum adanya pemahaman yang tepat tentang anak autis dari orang-orang sekitar. 

Gunadi sadar betul situasi yang dihadapi para orang tua itu. Sebab, dia juga mengalaminya. Anak pertamanya, Enrico Verrelando (Verrel), 13, juga sempat menjalani terapi autisme.

”Saya yang tahu tentang autisme saja sempat shock saat mengetahui anak saya didiagnosis autis. Dunia seolah mau runtuh. Bayangkan bagaimana orang tua yang tidak tahu tentang kondisi anakya yang autis,” katanya. 

Besok, 23 Juli akan diperingati sebagai Hari Anak. Diharapkan, peringatan itu menjadi momentum penyadaran atas hak-hak anak berkebutuhan khusus,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News