Terjadi Kematian Mendadak saat Olahraga Lari? Ini Penyebabnya

Terjadi Kematian Mendadak saat Olahraga Lari? Ini Penyebabnya
Olahraga lari (Ilustrasi). Foto Ricardo/jpnn.com

Selain itu, deteksi dini seperti pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi atau ekokardiografi) secara rutin, misalnya setahun sekali, dapat pula dilakukan untuk mendeteksi kelainan jantung lebih dini.

"Sebagai tambahan, penting juga mensosialisasikan cara melakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR) pada masyarakat terutama peserta event olahraga lari karena jika tidak segera diobati, maka henti jantung mendadak dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan medis yang cepat dan tepat, pengidapnya masih sangat mungkin untuk tetap hidup," tegasnya.

Sebuah artikel oleh Mayo Clinic menyebutkan dengan memberikan resusitasi kardiopulmoner (CPR), bila dua orang tersedia untuk membantu, yang satu harus memulai CPR segera, sementara yang lain menelepon layanan medis darurat dan mempersiapkan defibrillator eksternal otomatis.

Memberikan bantuan tekanan pada dada saja (Hands-Only CPR) sudah bisa meningkatkan peluang bertahan hidup pada korban sampai petugas medis tiba.

"Kesimpulannya, olahraga lari jelas bermanfaat dalam mencegahan penyakit jantung, bahkan secara jangka panjang juga menghindarkan dari terjadinya kematian jantung mendadak terkait olahraga. Namun, perlu diperlukan screening yang sesuai dengan masing-masing individu sebelum memulai suatu latihan atau olahraga agar kelainan jantung bisa dideteksi sejak dini dan sebaiknya dibuatkan program latihan rutin dengan porsi yang sesuai dengan kondisi fisik masing-masing individu," pungkas dr. Aidil. (flo/jpnn)

Masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala ini untuk bisa mencegah kematian mendadak saat berolahraga lari.

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News